"Tahun lalu aku sempat nulis kayak gitu karena aku enggak punya lagi alat make up. Aku sampai sharing make up aku sendiri buat mereka (jenazah). Benar-benar habis ya modelnya memang butuh. Awalnya aku gengsi tapi aku mikir dari pada make up yang sudah enggak terpakai dibuang kan," tuturnya.
Awalnya hanya beberapa teman yang memberikan Gloria make up bekas pakai.
Namun berkat unggahan tersebut banyak orang akhirnya turut menyumbangkan make up kepada wanita asal Sumatera Utara ini.
Selain make up, Gloria mengaku juga menerima sumbangan rambut palsu atau wig.
Wig ini akan diperuntukkan bagi jenazah yang menderita kanker, bekas operasi di kepala, maupun meninggal dalam keadaan tanpa rambut.
"Enggak harus make up tapi wig itu pun juga bisa dipakai untuk orang yang sakit kanker ya, yang rambutnya dibotakin, buat yang stroke operasi kepala biasanya tuh pasien itu memerlukan juga," ungkapnya.
Baca juga: Kisah Penjual Keliling Kopiah Khas Bangka, Dibeli Bupati hingga Gubernur Tanpa Ditawar
Untuk kegiatan merias jenazah, Gloria menerima panggilan untuk mereka yang tinggal di Jakarta, Tangerang, Depok, dan Bekasi.
Namun untuk area yang sulit diakses, ia berharap bisa dijemput di titik tertentu.
"Jadetabek sih tapi kalau daerah yang sudah sampai Bekasi tapi yang dalam gitu aku mintanya dijemput. Misalnya janjian di stasiun Bekasi. Supaya mempercepat waktunya. Aku biasanya dari rumah ke rumah atau gereja," ucap Gloria.
Hingga saat ini Gloria tetap semangat menjalani profesinya meski tak dibayar karena termotivasi dari sang Ibu.
Ibunya sendiri merupakan seorang perawat yang bertugas mengurusi para pasien di rumah sakit.
Tak hanya itu, Gloria mengisahkan sang Ibu merupakan seseorang yang berjiwa mulia yang sering membantu kerabat maupun tetangga yang sedang dirundung duka.
"Mamaku perawat, nah berbekal dari kecil lihat mama ngurusin pasien aku tau pekerjaan mama sangat mulia. Dan setiap ada orang yang meninggal di dekat rumahku atau gereja mama tanpa harus disuruh dia terpanggiln," kisahnya.
"Dari situ aku belajar berbekal ajaran orang tua jadi motivasi aku. Awalnya takut tapi lama kelamaan saya melihat jenazah itu setiap kematian itu ada ceritanya," lanjut dia.
Sering kali Ia merias jenazah yang mempunyai bekas memar maupun luka di wajah baik karena sakit maupun kecelakaan.