Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah Perbolehkan Putra Jual Cilok di Sekolah agar Makin Rajin Belajar

Kompas.com - 14/02/2019, 21:47 WIB
Tatang Guritno,
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - SDN Jurang Mangu Timur 01, Pondok Aren, Tangerang Selatan yang jadi tempat Muhammad Putra (12) bersekolah menerapkan kebijakan khusus kepada bocah penjual cilok yang viral di media sosial itu, beberapa waktu lalu. 

Kebijakan yang dimaksud adalah memperbolehkan Putra menjual cilok di lingkungan sekolah.

Sekolah memperbolehkan hal tersebut supaya Putra tetap semangat bersekolah sembari memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai anak yatim piatu

"Dulu sebelum memperbolehkan Putra berjualan di sekolah, dia jarang masuk. Seminggu bisa masuk hanya tiga hari," ujar Wali Kelas Putra, Pati Fitriyani kepada Kompas.com. Kamis (14/2/2019). 

Baca juga: Putra, Bocah Penjual Cilok Bercita-cita Jadi Pesepakbola seperti Febri Hariyadi

Pihak sekolah menduga Putra kerap absen sekolah karena di pagi hari ia berjualan cilok terlebih dahulu. Lalu saat siang hari ketika mulai sekolah, ia keterusan berjualan.

"Pihak sekolah menduga Putra sudah jualan sejak pagi, lalu keterusan atau kelelahan, jadi absen saat waktunya sekolah," terang Pati.

Saat ini, setelah diperbolehkan untuk berjualan di sekolah, Pati menilai semangat belajar Putra meningkat.

"Pihak sekolah memahami peristiwa yang menimpa Putra, maka kami mencoba untuk membantu, salah satunya adalah memperbolehkan ia berjualan di sekolah. Para guru dan temannya kemudian juga sering ikut memborong dagangannya," kata Pati.

Para guru SDN Jurang Mangu Timur 01 tidak ingin Putra kehilangan kesempatan mengenyam pendidikan.

Untuk itu, pihaknya juga membantu semaksimal mungkin agar Putra tetap bisa mendapatkan pendidikan di tengah desakannya membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

"Dia itu baik, semua guru disapa, dengan anak lain juga supel. Suatu kali ia pernah memberikan uang Rp 10.000 kepada pemulung yang mengais di tempat sampah sekolah. Anak sebaik ini, dia juga harus didukung pendidikannya," tutur Pati.

Baca juga: Kisah Putra, Bocah Yatim Piatu yang Hidupi Keluarga dengan Jualan Cilok

Putra saat ini duduk di bangku kelas 3 SD dengan jadwal belajar pukul 12.30 hingga 17.00. Selepas sekolah, ia akan berjualan cilok lagi hingga pukul 21.00.

Anak kedua dari empat bersaudara ini berjualan cilok untuk memenuhi keperluan sehari-hari, membayar kontrakan rumah berukuran 3x5 meter, dan untuk membiayai dua adik kecilnya yang berada di bangku TK serta yang berusia 10 bulan.

Ia mesti menggantikan kakaknya mencari uang. Kakak Putra, Siti Juleha (17), berperan merawat adik kecilnya.

Bersama dengan suami Siti, Putra menjadi penopang ekonomi keluarganya.

Kedua orangtua Putra meninggal tahun lalu. Sang ayah meninggal karena sakit paru-paru, sedangkan ibunya meninggal setelah melahirkan adik bungsunya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Belum Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Bingkai: Belum Ada yang Pesan

Belum Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Bingkai: Belum Ada yang Pesan

Megapolitan
Gugatan PDI-P terhadap KPU di PTUN Berlanjut, Sidang Akan Digelar 2 Mei 2024

Gugatan PDI-P terhadap KPU di PTUN Berlanjut, Sidang Akan Digelar 2 Mei 2024

Megapolitan
ODGJ yang Serang Kakaknya di Cengkareng Pakai 'Cutter' juga Lukai Warga Rusun

ODGJ yang Serang Kakaknya di Cengkareng Pakai "Cutter" juga Lukai Warga Rusun

Megapolitan
Ini Tata Cara Lapor Domisili agar NIK Tidak Dinonaktifkan

Ini Tata Cara Lapor Domisili agar NIK Tidak Dinonaktifkan

Megapolitan
Kunjungi Posko Pengaduan Penonaktifan NIK di Petamburan, Warga: Semoga Tidak Molor

Kunjungi Posko Pengaduan Penonaktifan NIK di Petamburan, Warga: Semoga Tidak Molor

Megapolitan
Penyesalan Kekasih Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading, Minta Maaf Tinggalkan Korban Saat Tengah Pendarahan

Penyesalan Kekasih Wanita Hamil yang Tewas di Kelapa Gading, Minta Maaf Tinggalkan Korban Saat Tengah Pendarahan

Megapolitan
Seorang Pria Peluk Paksa Gibran yang Sedang Berkunjung di Rusun Muara Jakarta Utara

Seorang Pria Peluk Paksa Gibran yang Sedang Berkunjung di Rusun Muara Jakarta Utara

Megapolitan
Warga Bekasi Jadi Korban Pecah Kaca Mobil Saat Sedang Makan Soto di Kemang Pratama

Warga Bekasi Jadi Korban Pecah Kaca Mobil Saat Sedang Makan Soto di Kemang Pratama

Megapolitan
Gibran Janji Dorong Pemerataan Pembangunan di Seluruh Indonesia

Gibran Janji Dorong Pemerataan Pembangunan di Seluruh Indonesia

Megapolitan
Kondisi Rumah Galihloss Mendadak Sepi Setelah Dugaan Penistaan Agama Mencuat, Tetangga: Mereka Sudah Pergi

Kondisi Rumah Galihloss Mendadak Sepi Setelah Dugaan Penistaan Agama Mencuat, Tetangga: Mereka Sudah Pergi

Megapolitan
Polisi Temukan 'Tisu Magic' dan Lintah Papua di Kamar Kos Perempuan yang Tewas di Pulau Pari

Polisi Temukan "Tisu Magic" dan Lintah Papua di Kamar Kos Perempuan yang Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Video Pencurian Mesin 'Cup Sealer' di Depok Viral di Media Sosial

Video Pencurian Mesin "Cup Sealer" di Depok Viral di Media Sosial

Megapolitan
Posko Aduan Penonaktifan NIK di Petamburan Beri Sosialisasi Warga

Posko Aduan Penonaktifan NIK di Petamburan Beri Sosialisasi Warga

Megapolitan
Ketua RW Syok Galihloss Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penistaan Agama

Ketua RW Syok Galihloss Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penistaan Agama

Megapolitan
Selain Sepi Pembeli, Alasan Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Pepaya karena Pasokan Berlimpah

Selain Sepi Pembeli, Alasan Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Pepaya karena Pasokan Berlimpah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com