Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beda Penampilan Jokowi dan Prabowo pada Debat Pertama dan Kedua Menurut Pengamat

Kompas.com - 20/02/2019, 06:46 WIB
Christoforus Ristianto,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari PARA Syndicate Ari Nurcahyo menilai, ada perbedaan penampilan dari kedua calon presiden, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, saat debat pertama dan debat kedua Pilpres 2019.

Debat kedua berlangsung pada 17 Februari 2019.

Ari menjelaskan, pada debat pertama, menurut dia, kedua capres tampak sama-sama memiliki beban.

Untuk Jokowi, kinerja pemerintahanya bersama Jusuf Kalla dalam bidang hukum dan hak asasi manusia (HAM) tidak terlalu mendapatkan kesan positif di masyarakat.

Baca juga: [POPULER NASIONAL] Jokowi Komentari Pelaporan ke Bawaslu | Viral Video Ricuh Saat Break Debat Kedua

"Capain pemerintah Pak Jokowi memang agak lemah, agak kurang di bidang hukum dan HAM. Banyak catatan masyarakat sipil terkait hal itu sehingga ada unsur tidak percaya diri," ujar Ari ketika dihubungi via telepon, Selasa (19/2/2019).

Sementara, Prabowo dinilainya terlihat kurang percaya diri karena memiliki rekam jejak masa lalu terkait masalah HAM.

"Jadi, masing-masing tersandera. Jokowi karena kinerja pemerintahanya, sedangkan Prabowo pada rekam jejak masa lalunya. Akibatnya, mereka tidak percaya diri, tidak tampil lepas, tidak tampil orisinil atau otentik," kata Ari.

Pada debat kedua, Jokowi dan Prabowo dianggap tampil lebih percaya diri.

Baca juga: Menurut Kalla, Jokowi Lebih Menguasai Debat Kedua

Jokowi melontarkan sejumlah kinerja pemerintahannya terkait infrastruktur, pangan, sumber daya alam (SDA), energi, dan lingkungan hidup.

"Tampil percaya diri dengan program dan catatan prestasi serta klaim-klaim keberhasilan kebijakannya," ujar Ari.

Adapun, Prabowo, menurut Ari, juga tampil percaya diri dengan memiliki kesempatan atau celah mengkritisi kekurangan pemerintah seperti polemik utang, impor, dan jalan tol.

Namun, Ari menilai, Prabowo yang mengapresiasi kinerjua Jokowi, seharusnya memaparkan kebijakan yang akan dilakukannya ketika memimpin.

"Yang disayangkan jangan hanya berhenti di apresiasi saja, harus ada counter argumentasi dengan data dan strategi yang detail," kata Ari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com