MENURUT Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti intrik adalah penyebaran kabar bohong yang disengaja untuk menjatuhkan lawan. Bisa juga bermakna perilaku tokoh-tokoh yang bersekongkol untuk menjatuhkan tokoh lain.
Lalu apa sinonim (padanan) kata intrik? Menurut Kamus Tesaurus Bahasa Indonesia karya Eko Endarmoko, sinonim kata intrik adalah kerja sama, kolusi, konspirasi, perkomplotan, persekongkolan, persekutuan, rekayasa.
Dengan demikian, kata "intrik" konotasinya buruk, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang bersekongkol dalam mengemas kabar bohong untuk menjatuhkan orang lain. Kalau sekarang ini namanya hoaks.
Siapa saja bisa menjadi pelaku intrik, tergantung kepentingannya. Pelaku intrik bisa dua atau sekelompok orang yang bersekongkol dan bermufakat jahat mengemas kabar bohong secara sengaja.
Pelaku intrik bisa saja politikus atau pelaku bisnis yang berambisi mengejar kekuasaan. Mereka ini biasanya sarat dengan kepentingan. Bisa kepentingan pribadi bisa kepentingan kelompok.
Pelaku intrik memiliki tujuan terselubung, tersembunyi. Sekilas sulit membedakan benar dan salah. Tampak samar karena intrik dikerjakan secara sistematis. Intrik seperti memasang jerat, yang terkecoh akan masuk perangkap.
Filsuf empiris asal Inggris, John Stuart Mill (1806-1973), mengatakan bahwa orang mudah percaya pada informasi yang belum tentu benar, bahkan terkadang tidak bisa membedakan mana yang benar mana yang salah. Agar tidak terjebak, perlunya bersikap rasional, bukan emosi semata.
Selain itu, pelaku yang melontarkan intrik sedapat mungkin mengundang perhatian orang banyak. Dengan demikian, diharapkan mendapat simpati dan dukungan dari pihak lain.
Pelaku intrik biasanya melontarkan hal-hal yang kontroversial, sama seperti isu yang tidak jelas ujung pangkalnya. Bisa secara halus, bisa juga kasar. Respons yang ditimbulkan bisa positif bisa juga negatif.
Bahkan, pelaku intrik pandai memanfaatkan media. Bisa media cetak, bisa media elektronik, atau media sosial yang sifatnya serentak.
Kalau pelaku intrik mau terang-terangan tampil di depan publik, biasanya menjaga citra dan penampilan.
Kalau perlu memiliki konsultan bahasa tubuh pribadi untuk membantu tampil agar tampak sebagai orang yang tulus, peduli, jujur, perhatian, walaupun pada kenyataannya tidak seperti itu (Allan & Barbara Pease, 2018).
Intrik sifatnya tidak fair dan mengadu domba. Penuh kebohongan dan tipu daya demi kepentingan sesaat. Tampaknya mengkritik, tetapi sebetulnya meremehkan dan melecehkan. Sengaja menimbulkan perselisihan dan perpecahan demi kepentingan seseorang atau sekelompok.
Intrik cenderung licik, bukan hanya membongkar kelemahan atau kekurangan seseorang saja, tetapi memberitakan kabar bohong yang berujung fitnah.
Intrik tidak pernah memikirkan bagaimana akibat sampingannya. Tidak perduli kawan jadi lawan. Tidak peduli kalau terjadi perpecahan. Tidak peduli mana yang benar mana yang salah. Yang utama tercapai tujuannya.
Tujuan intrik untuk menjatuhkan kompetitor dengan strategi apa saja. Segala jalan ditempuh, lawan bisa menjadi kawan, kawan bisa menjadi lawan. Ujungnya memang mencari kekuasaan, baik politik maupun bisnis.
Persis seperti yang dikatakan Mochtar Lubis (1922-2004): "Untuk kepentingan orang yang berkuasa, maka sering pula yang haram menjadi halal, dan sebaliknya".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.