Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Robert Mugabe, Revolusioner dan Presiden Kedua Zimbabwe

Kompas.com - 21/02/2019, 21:23 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Robert Gabriel Mugabe merupakan politisi dan sosok revolusioner yang kemudian menjabat sebagai Perdana Menteri serta Presiden Zimbabwe.

Dia memimpin pergerakan untuk melawan peraturan kolonial Inggris dan membuatnya menjabat sebagai perdana menteri pertama periode 1980-1987.

Setelah itu, dia menjabat sebagai presiden dengan masa jabatan terlama sejak negara tersebut masih bernama Republik Rhodesia.

Baca juga: Robert Mugabe Klaim Kopernya yang Hilang Berisi Uang Rp 14 Miliar

Merupakan sosok kontroversial, Mugabe dianggap sebagai pahlawan pembebasan Afrika. Namun di negaranya, dia dituduh sebagai diktator.

Berikut merupakan biografi dari presiden yang kebijakannya sering disebut sebagai Mugabeisme tersebut.

1. Masa Kecil
Mugabe lahir pada 21 Februari 1924 di Kutama ketika negara itu masih menjadi Rhodesia Selatan, dan merupakan anggota Klan Zezuru dari Suku Shona.

Dididik dengan keras oleh imam Jesuit membentuk Mugabe sebagai anak yang disiplin dan menjadikannya unggul selama bersekolah.

Dikenal sebagai anak penyendiri, dia lebih suka membaca buku daripada bergaul dengan murid lain sehingga pernah diejek pengecut.

Kemampuan Mugabe mulai diakui ketika sekolah Jesuit itu dipimpin pastor Irlandia bernama Jerome O'Hea yang melihat potensi dalam diri anak itu.

Menyebut Mugabe sebagai "anak pintar", dia mengajarkan semua orang harus diperlakukan dan mendapat pendidikan setara demi mengembangkan kemampuan mereka.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar selama enam tahun, Mugabe ditawari mengikuti kursus keguruan di Perguruan Kutama.

Sambil menyelesaikan pendidikan, Mugabe juga mengajar di sekolahnya hingga lulus dari kursus guru itu sembilan tahun berselang.

Sembari memperdalam ilmunya secara otodidik, Mugabe juga dipercaya mengajar sejumlah sekolah para misionaris di Rhodesia Selatan.

Baca juga: Koper Berisi Uang Sejumlah Rp 2,1 Miliar Milik Mugabe Hilang Dicuri

Mugabe lalu berkuliah di Universitas Fort Hare Afrika Selatan, dan lulus dengan predikat Sarjana Sejarah serta Inggris pada 1951.

Dua tahun kemudian, dia mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan melalui pendidikan mandiri, dan pindah ke Rhodesia Utara pada 1955.

Selama empat tahun, dia mengajar di Sekolah Pelatihan Chalimbana seraya menyelesaikan Sarjana Sains melalui kursus yang diselenggarakan Universitas London.

Pindah ke Ghana, Mugabe mengajar di Sekolah Pelatihan Guru St Mary di mana dia bertemu perempuan yang kemudian jadi istri pertamanya, Sarah Hayfron.

Di Ghana, Mugabe mendeklarasikan dirinya sebagai Marxis yang mendukung pemerintah setempat memberi pendidikan layak bagi kelas bawah.

Baca juga: Pemerintah Zimbabwe Tolak Mengekstradisi Istri Mugabe

2. Karir Politik
Pada 1960, Mugabe pulang dengan maksud mengenalkan Sarah kepada ibunya. Namun alangkah terkejutnya ketika melihat perubahan drastis di Rhodesia Selatan.

Puluhan ribu keluarga kulit hitam terdesak oleh pemerintah kolonial dengan jumlah kulit putih yang semakin membludak.

Mugabe yang marah kemudian mengorganisasi aksi protes berkekuatan 7.000 massa dan dilangsungkan di Alun-alun Salisbury Harare.

Aksi protes itu bertujuan untuk membebaskan rekannya Leopold Takawira dan dua petinggi Partai Demokratik Nasional (NDP) yang ditahan.

Beberapa pekan kemudian, dia dilantik sebagai Sekretaris Publik NDP dan mulai menyebarkan model Marxisme pemerintahan Ghana.

Dia membentuk liga muda yang militan dengan tugas untuk menyebarkan kalimat propaganda mengenai kemerdekaan kulit hitam di seluruh Rhodesia.

Larangan yang dikeluarkan pemerintah kolonial pada akhir 1961 tak membuat para pendukung NDP mengendur, dan membentuk pergerakan baru.

Persatuan Rakyat Afrika Zimbabwe (ZAPU) pun lahir. Pada pergerakan awal, mereka berhasil mendapatkan sekitar 450.000 pengikut.

Pemimpin ZAPU Joshua Nkomo diundang PBB di mana dia mendesak Inggris menangguhkan konstitusi mereka dan kembali kepada kekuasaan mayoritas.

Namun karena tak ada hasil yang memuaskan, pada April 1961 Mugabe sempat mendiskusikan untuk melakukan perang gerilya.

Baca juga: Berobat ke Singapura, Mugabe Dikabarkan Sudah Tak Mampu Berjalan

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com