Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Pesan soal 600 Anak Terkena Difteri di Jakarta

Kompas.com - 22/02/2019, 15:48 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com — Sekitar sepekan lalu beredar pesan di media sosial mengenai adanya 600 anak yang terkena penyakit difteri dan telah memenuhi salah satu rumah sakit di Jakarta. Bahkan, 38 anak disebut telah meninggal dunia akibat difteri.

Adapun informasi ini tersebar di media sosial Facebook pada Sabtu (16/2/2019) dan telah dibagikan ke beberapa akun Facebook lainnya.

Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan klarifikasinya.

Narasi yang beredar:

Berdasarkan penelusuran Kompas.com, informasi ini berawal dari pesan yang dikirim dalam aplikasi pesan WhatsApp pada Sabtu (16/2/2019). Pesan mengatasnamakan Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemprov DKI Jakarta.

Dalam pesan itu disebutkan bahwa ada 600 anak yang terkena penyakit difteri, bahkan 38 anak dinyatakan meninggal.

Menanggapi kondisi ini, dalam pesan itu disebutkan bahwa Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengadakan imunisasi massal sampai 11 Desember untuk usia anak 1-19 tahun.

Pesan itu juga menuliskan bahwa penyakit difteri ini disebabkan adanya kontaminasi dari kencing tikus yang terkandung dalam cabai bubuk.

"Hati-hati jangan jajan yang pakai cabai bubuk, jangan jajan pakai cabai kering seperti cabai di tahu bulat, otak-otak, dan sebagainya. Pokoknya jangan pakai cabai bumbu kering. Karena penuh penyakit dari kencing tikus, kasusnya banyak yang meninggal karena penyakit difteri," demikian yang tertulis dalam pesan.

Pesan tersebut juga menyebut mengenai gejala difteri, seperti terbentuknya lapisan tipis yang menutupi tenggorokan, demam menggigil, sakit tenggorokan, sulit bernapas, pembengkakan kelenjar limfa, lemas, dan pilek.

Pesan itu juga memaparkan beberapa penularan penyakit difteri dari satu orang ke orang lain, di antaranya penularan melalui ludah, batuk, dan lainnya, mirip dengan penularan TBC.

Masyarakat diminta menghindari tempat-tempat ramai, seperti tempat rekreasi dan lainnya.

Penelusuran Kompas.com:

Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinkes DKI Jakarta Widyastuti menegaskan bahwa pesan tersebut tidak benar.

"Informasi penyakit difteri itu kami pastikan hoaks dan tidak berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta," ujar Widy saat dihubungi Kompas.com pada Jumat (22/2/2019).

Selain itu, Widy mengimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya terhadap informasi yang belum jelas kebenarannya. Dia pun memberikan penjelasan.

"Difteri itu penyakit yang bisa ditularkan oleh orang yang mengidap difteri. Penularannya melalui percikan ludah saat bersin atau batuk dan benda-benda pribadi yang terkontaminasi," ujar Widy.

Widy juga mengatakan bahwa anak-anak dan orang dewasa yang imunisasinya tidak lengkap bisa dengan mudah terinfeksi penyakit ini.

Beberapa gejala yang tampak ketika seseorang terkena difteri, antara lain demam, nyeri tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening di leher, kesulitan bernapas, napas cepat, badan lemah, dan hidung berair.

Sementara itu, gejala komplikasi dari difteri ini ditandai dengan kesulitan bernapas, gagal jantung, kerusakan saraf, bahkan kematian.

"Difteri bisa dicegah dengan vaksinasi ke rumah sakit terdekat," ujar Widy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Megapolitan
Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com