JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Manajer Persibara Banjarnegara, Lasmi Indaryan, mengaku mengalami intimidasi dan teror lewat media sosial setelah melaporkan kasus pengaturan skor ke polisi.
"Ada IG, Twitter, WA ada grup WA saya dibully di situ juga bukan orang sembarangan saya merasa diintimidasi, misalnya saya tidak boleh bicara ke media saya harus kepada satgas saja," ujar Lasmi saat mendatangi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Ciracas, Jakarta Timur, Jumat (1/3/2019).
Meski belum mengalami intimidasi secara fisik, Lasmi mengaku pernah diancam akan dibunuh orang tak dikenal.
Baca juga: Pesan Jokowi untuk Polri, Usut Mafia Bola sampai Tuntas!
Menurut dia, intimidasi ini sebagian besar datang dari orang tak dikenal. Ada yang sudah terlacak, tetapi ternyata ia menggunakan akun palsu.
"Orang tidak dikenal mungkin kalau mungkin yang sudah tahu orangnya saya enggak bisa ngomong di media. Itu memang dicari pelakunya tetapi memang pakai akun palsu jadi perlu didalami jadi mungkin ke polisian yang lebih bisa jawab," kata Lasmi.
Karena hal inilah Lasmi kemudian memutuskan untuk meminta perlindungan ke LPSK.
Adapun Lasmi Indaryani merupakan pelapor kasus pengaturan skor bola yang kini diselidiki Satgas Antimafia Bola.
Kasus ini menyeret 16 tersangka, mulai dari para pejabat dan petinggi di PSSI, wasit, dan perangkat pertandingan lainnya.
Baca juga: Lusa, Tersangka H Diperiksa Tim Satgas Antimafia Bola
Pada acara Mata Najwa, Lasmi Indriyani sempat mengutarakan bahwa ia dimintai uang sebesar Rp 500 juta oleh Johar Lin Eng (Anggota Komisi Eksekutif atau Exco PSSI) bila ingin menjadi tuan rumah babak penyisihan grup Liga 3 2018.
Bahkan, dia juga mengaku sudah menghabiskan uang sebesar Rp 1,3 miliar kepada Johar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.