Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ridwan, Tukang Bekam Tanduk Sapi yang Obati Para Sopir Truk

Kompas.com - 14/03/2019, 07:07 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang pria berambut putih duduk di atas terpal biru yang di bentang di Pasar Kebayoran Lama, tepatnya di bawah Fly Over Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Di sampingnya bertumpuk puluhan tanduk sapi.

S Ridwan, pria itu,  sudah berusia 63 tahun. Ia berprofesi sebagai tukang bekam tradisional. Puluhan tanduk sapi digunakannya dalam memberi terapi bagi pasien-pasiennya.

Ridwan mengaku sudah puluhan tahun menjalani pekerjaan tersebut.

"Dari saya bujangan dulu sudah bisa, tapi baru dapat amanah dari leluhur pas umur 41 tahun, buat ngobatin orang begini," tutur Ridwan.

Ia awalnya memijat orang-orang yang merasa kelelahan hanya dengan tangan kosong. Belakangan ia menggunakan tanduk sapi sebagai alat bekam. Ia mengetahui itu dari seorang teman yang berasal dari Pasaman, Sumatera Barat.

Baca juga: Bekam, Tradisi, dan Sains Modern

Tak ada alasan medis khusus mengapa ia menggunakan tanduk sapi dalam mengobati pasien-pasiennya

"Kalau pakai gelas atau alat bekam itu kan cuma bisa sedikit di punggung saja. Kalau ini ukurannya kan agak kecil, ya sengaja saya cari yang agak kecil biar bisa dipasang di banyak titik," kata dia

Tanduk-tanduk sapi itu didapatkannya dari berbagai rumah potong di Jakarta. Namun tak semua tanduk sapi bisa digunakan sebagai alat bekam.

"Harus dari sapi Kupang karena tanduknya itu bentuknya pas, terus dalamnya juga berlubang seperti ini," katanya sambil menunjukkan salah satu tanduk tersebut.

Ridwan  kemudian menunjukkan cara dia membekam pasiennya dengan tanduk. Ia mulai dengan menyemprotkan minyak pada sebuah besi yang diujungnya diberi kain. Kain tersebut kemudian dibakar dan pembakarannya diarahkan ke dalam tanduk.

Setelah itu dia memasang tanduk ke tangan kanannya. Beberapa menit kemudian tanduk dilepas. Sebuah tanda lingkaran merah pun membekas di kulit tangan Ridwan.

Ridwan mengatakan, baru dua tahun belakangan ini dia menawarkan jasanya di Pasar Kebayoran Lama. Dulu dia biasa berkeliling sekitar Terminal Kalideres, Jakarta Barat dan sejumlah pangkalan truk yang ada di Jakarta.

Saat menyambangi pangkalan-pangkalan truk, ia mendapat gelar khusus dari para supir yang di bekamnya.

"Jadi kan rata-rata supir ini orang Medan. Saya kebetulan dari Medan. Nah, jadi pada manggil wak kusuk. Kalau di Medan kan bapak-bapak biasa dipanggil wak, terus kalau mijat gini bahasa medannya kusuk. Jadilah saya di panggil wak kusuk," kata Ridwan sambil tertawa.

Tanduk-tanduk sapi yang digunakan S Ridwan untuk bekam pasiennya.KOMPAS.com/ JIMMY RAMADHAN AZHARI Tanduk-tanduk sapi yang digunakan S Ridwan untuk bekam pasiennya.
Ia mengaku cukup dikenal di kalangan sopir-sopir truk. Rumahnya bahkan sering didatangi para sopir untuk mendapatkan terapi darinya. Meski kadang-kadang merasa terganggu, dia tetap melayani para sopir tersebut.

Di usianya saat ini, dia merasa tak mampu lagi berkeliling ke pangkalan truk untuk menawarkan jasa. Anak-anak Ridwan juga sudah melarang dia bekerja. Namun dia berkeras terus melanjutkan usahanya meski harus mangkal di pasar.

"Bosan saya di rumah, mendingan begini, nolong orang, terus dapat duit juga, tapi ya sekarang sudah gak kayak dulu yang bisa sampai malam," kata dia.

Ridwan menetapkan tarif Rp 50.000 untuk sekaliterapi. Sehari Ridwan biasanya mendapat sekitar lima pasien.

Ridwan mengaku tak pernah menolak jika ada orang kurang mampu yang membayarnya tak sesuai tarif.

"Ya kadang kayak pengamen gitu, bilang cuma bisa ngasih Rp 20.000, Rp 15.000. Tetap saya obatin," kata dia.

Ridwan mengaku pernah diminta untuk melakukan terapi bekam kepada dua orang dokter.

"Dokter juga pernah ada dua orang. Waktu itu apa dia ingin coba-coba atau gimana, kita gak tahu," tutur Ridwan.

Salah satu momen tak terlupakan saat menjalani pekerjaan itu adalah ketika dia membekam penyanyi Judika. Hal itu itu terjadi tahun 2014 di Kalibata City, Jakarta Selatan.

Awalnya dia diminta untuk memijat manajer Judika.

Baca juga: Mengenal Jenis Bekam dan Efek Sampingnya

"Manajernya itu kemudian bilang ke Judika mau gak nyobain ini (bekam), yang ngerjain orang Medan juga. Judikanya mau, terus saya dipanggil," kata Ridwan.

Ridwan berencana akan terus melanjutkan pekerjaannya itu. Meski tak lagi seaktif dulu, dia ingin terus menolong orang dengan kemampuan yang dimilikinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com