Pohon duku berusia 100 tahun
Duku yang sedang dipanen tersebut rupanya berasal dari pohon yang sudah berusia senja.
Pohon tersebut sudah menginjak usia 100 tahun. Dengan tinggi sekitar 30 meter dan buah yang rimbun, masih menunjukan produktifnya pohon itu.
"Ini usianya sekitar 100 tahun lebih," ucap Ali.
Rasanya tak kalah dengan duku yang masih berusia puluhan tahun. Ali menyebut, duku Condet memang mempunyai kelebihan tersendiri.
"Duku Condet ini bedanya abis dipetik bisa langsung dimakan. Dia manis sekali, teman saya yang orang Palembang yang tempatnya banyak duku saja bilang kalau ini lebih enak," kata dia sembari mengupas dukunya yang kesekian.
Selain manis, duku ini bisa disebut minim getah.
Wajar saja jika pada zamannya, duku beserta salak ini pernah menjadi buah kesukaan Presiden Indonesia yang pertama Soekarno.
"Di buku referensi memang menyebut dulu salak dan duku condet jadi hidangan istana pada zaman Pak Soekarno. Ibu Mega pun pernah bilang itu," tuturnya.
Dari 150 pohon duku yang ada di perkebunan ini, hanya 22 pohon yang bisa dipanen.
"Tidak semua pohon berbuah hanya 22 pohon dari total 150. Artinya tidak serentak berbuah," lanjut Ali.
Sedangkan untuk buah Salak, berjumlah 3.000 pohon dan yang aktif berbuah sejumlah 200 pohon.
"Untuk Salak harusnya bisa lebih banyak pohon yang berbuah, tapi tahun 2018 lalu karena jelang berbuah terserang musibah banjir. Akhirnya sebagian besar busuk dan jadi tidak produktif lagi," jelasnya.
Untuk duku Condet, masa panennya berada di antara Februari hingga Maret. Sedangkan salak akan berbuah serentak pada akhir tahun tepatnya bulan Desember.
Perawatan khusus