JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Transjakarta Agung Wicaksono meminta ada subsidi tarif listrik jika nantinya bus listrik dioperasikan oleh Transjakarta.
Apalagi untuk stasiun pengisian daya memakan 85.000 watt listrik agar bisa mengisi daya bus.
"Biaya perlu kami hitung, karena tentu tergantung dari tarif listrik ya. Tadi salah satu hal yang dibahas dukungan-dukungan pemerintah untuk adanya bus itu, ada dukungan infrastruktur terutama subsidi tapi juga dukungan tarif listrik," ucap Agung, Kamis (21/3/2019).
Baca juga: Transjakarta Uji Coba Bus Listrik, Rute Pertama Bundaran Senayan - Monas
Permintaan subsidi tarif listrik ini, kata dia, juga dilakukan oleh kereta rel listrik sehingga selayaknya bus listrik juga mendapatkan subsidi tarif listrik.
"Jadi karena ini angkutan publik idealnya ada dukungan juga tarif listrik untuk charging-nya bus listrik. Seperti KRL kita tahu itu kan ada Permen (peraturan menteri) khusus untuk tarif listrik bagi KRL. Saya rasa akan tepat juga bagi TJ untuk punya bus listrik," ungkapnya.
Adapun bus listrik tersebut harus diisi daya selama empat jam untuk bisa dijalankan sejauh 250 kilometer.
Untuk saat ini, charging station (stasiun pengisian daya) baru terdapat di wilayah Kelapa Gading, Jakarta Utara.
"Betul, jadi saat ini sudah ada dua infrastruktur pengisian. Tapi ke depannya tentu semakin banyak unit yang digunakan, kami akan sediakan pula," kata dia.
Baca juga: Bus Listrik Akan Melintas di Luar Jalur Transjakarta Saat Uji Coba
Uji coba bus listrik akan dilakukan pada Mei 2019 dengan mengoperasikan 10 armada.
Saat uji coba, bus listrik hanya akan melalui jalur feeder atau non bus rapid transit (BRT).
Uji coba tidak bisa dilakukan di jalur transjakarta atau busway lantaran produksi awal bus listrik dirancang dengan pintu yang rendah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.