Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/03/2019, 20:39 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Transportasi dari Unika Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno mengatakan penetapan tarif MRT sebesar Rp 8.500 sudah sesuai kemampuan warga DKI Jakarta.

"Saya kira wajar itu tarifnya segitu, infrastrukturnya, kan, baru semua, prasarana dan sarana seperti sinyal baru semua, beda sama KRL. Asalkan tidak lebih dari Rp 10.000, secara psikologis orang-orang Jakarta masih bisa," kata Djoko kepada Kompas.com, Senin (25/3/2019). 

Ia mengatakan, pemerintah perlu mempersiapkan kebijakan lain jika warga masih belum mau beralih menggunakan MRT. 

Baca juga: Demi Anak-anak, Kak Seto Imbau Foto Keluarga Makan di Stasiun MRT Tak Diumbar

Djoko mencontohkan penerapan ganjil-genap. 

"Tapi ganjil-genapnya seharian jangan parsial seperti sekarang. Harga parkir naikin, kasih saja kemungkinan kayak begitu, Harus ada upaya paksa," ujarnya. 

Pengguna kendaraan roda empat, lanjut dia, bisa menghabiskan dana Rp 6.500.000 hingga Rp 7.000.000 tiap bulannya dari rumah ke kantor.

Baca juga: Tarif MRT Rp 8.500, Penumpang: Jadi Semua Orang Bisa Rasakan MRT

Jumlah tersebut dihitung dari biaya pemberian gaji sopir, perawatan kendaraan, bensin, biaya parkir, dan tol yang rutin dikeluarkan. 

Sementara itu, jika warga beralih menggunakan transportasi umum, maksimal hanya mengeluarkan dana Rp 1.000.000 per bulan. 

"Memang susah mengalihkan orang yang biasa menggunakan kendaraan pribadi, walaupun (tarif) murah itu belum tentu mau dia, makanya harus ada upaya paksaan," kata Djoko. 

Baca juga: Kalo Hanya Satu Trase, MRT Jakarta Tak Berdampak pada Sektor Properti

"Tapi ya kita lihat dulu sebulan ini, bagaimana perkembangannya apakah masyarakat mau beralih atau tidak," ujarnya. 

Sebelumnya, dalam rapat pimpinan gabungan (Rapimgab) DPRD DKI Jakarta dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, DPRD memutuskan tarif MRT Rp 8.500 dari Lebak Bulus sampai Bundaran HI. 

Ketua DPRD Prasetio Edi Marsudi mengatakan, angka itu merupakan titik tengah antara tarif yang diusulkan Pemprov DKI dengan DTKJ.

"Kajian dari DTKJ tadi dan saya padukan dengan BUMD, nanti tabel dari eksekutif, dari halte ke halte kan nanti berubah kalau kemarin Rp 1.000, kemarin mungkin berubah. Nanti kami rapat lagi dengan MRT, untuk per tabelnya," ujar Prasetio.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Tarif Tol JORR Terbaru per 4 Desember 2023

Tarif Tol JORR Terbaru per 4 Desember 2023

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK48A Stasiun Tebet-Karet

Rute Mikrotrans JAK48A Stasiun Tebet-Karet

Megapolitan
Tiga Raperda Disahkan DPRD, Heru Budi Tekankan Sinergi Tingkatkan Kesejahteraan Warga

Tiga Raperda Disahkan DPRD, Heru Budi Tekankan Sinergi Tingkatkan Kesejahteraan Warga

Megapolitan
Sialnya Pemuda Tunarungu dan Tunawicara di Cakung, Dikeroyok 3 Pengamen gara-gara Tak Berikan Uang

Sialnya Pemuda Tunarungu dan Tunawicara di Cakung, Dikeroyok 3 Pengamen gara-gara Tak Berikan Uang

Megapolitan
Tarif Tol Pondok Aren-Ulujami Terbaru per 4 Desember 2023

Tarif Tol Pondok Aren-Ulujami Terbaru per 4 Desember 2023

Megapolitan
Periksa Firli, Polisi Tanyai soal Bukti Valas Rp 7,4 Miliar dan Aset-asetnya

Periksa Firli, Polisi Tanyai soal Bukti Valas Rp 7,4 Miliar dan Aset-asetnya

Megapolitan
Warga Depok Keluhkan KIS Tiba-tiba Non-aktif, Dinsos: Berobat Sebut NIK Saja

Warga Depok Keluhkan KIS Tiba-tiba Non-aktif, Dinsos: Berobat Sebut NIK Saja

Megapolitan
Polisi Gelar Olah TKP Gabungan di Lokasi Penemuan 4 Mayat Bocah di Jagakarsa

Polisi Gelar Olah TKP Gabungan di Lokasi Penemuan 4 Mayat Bocah di Jagakarsa

Megapolitan
4 Bocah Ditemukan Tewas di Jagakarsa, Mayatnya Berjejer di Kasur

4 Bocah Ditemukan Tewas di Jagakarsa, Mayatnya Berjejer di Kasur

Megapolitan
Selain Soal Bagi-bagi Susu di CFD, Bawaslu DKI Bakal Periksa Gibran soal Kampanyenya di Jakut

Selain Soal Bagi-bagi Susu di CFD, Bawaslu DKI Bakal Periksa Gibran soal Kampanyenya di Jakut

Megapolitan
Hujan Deras Sejak Sore, Jalan Dr Setiabudi Pamulang Terendam Banjir

Hujan Deras Sejak Sore, Jalan Dr Setiabudi Pamulang Terendam Banjir

Megapolitan
RUU DKJ Atur Gubernur Ditunjuk Presiden, Heru Budi: Saya Belum Baca...

RUU DKJ Atur Gubernur Ditunjuk Presiden, Heru Budi: Saya Belum Baca...

Megapolitan
Diguyur Hujan Deras, Lima Perumahan di Tangsel Kebanjiran

Diguyur Hujan Deras, Lima Perumahan di Tangsel Kebanjiran

Megapolitan
Pengamat: Pernyataan Aiman Seharusnya Jadi Kritik Biasa

Pengamat: Pernyataan Aiman Seharusnya Jadi Kritik Biasa

Megapolitan
4 Bocah Ditemukan Tewas di Kamar Kontrakan, Tetangga Cium Bau Tak Sedap

4 Bocah Ditemukan Tewas di Kamar Kontrakan, Tetangga Cium Bau Tak Sedap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com