Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Semangat Anak-anak Muda di Kampung Apung...

Kompas.com - 29/03/2019, 20:02 WIB
Tatang Guritno,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kampung Apung di Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, yang dihuni 200 kepala keluarga (KK) berdiri di atas genangan air.

Saat Kompas.com berkeliling pemukiman di RT 010 RW 001 pada Kamis (28/3/2019), tampak beberapa pemuda berkumpul di sebuah rumah.

Rumah bercat hijau muda tersebut ditempel kutipan-kutipan pada bagian dinding, salah satunya kutipan Presiden pertama Indonesia Soekarno yang bertuliskan, "beri aku sepuluh pemuda, akan kuguncang dunia". 

Baca juga: Curhat Warga Kampung Apung yang Puluhan Tahun Tinggal di Atas Genangan Air...

Rumah tersebut menjadi tempat berkumpul komunitas Kampung Apung yang dikelola para remaja setempat.

"Ini terbentuknya tahun 2008, memang dibuat untuk mewadahi aktivitas anak muda di sini, seperti belajar, ngaji, sampai main game bersama-sama," ujar Ketua Komunitas Kampung Apung Irvan Rifai (22), di Kampung Apung, Jakarta Barat, Kamis. 

Di dalam komunitas ini terdapat empat bidang sesuai perannya masing-masing, yakni bidang pendidikan, sosial, lingkungan, seni dan jasmani kreatif.

Baca juga: Suara dari Kampung Apung yang Masalahnya Tak Kunjung Rampung

"Bidang pendidikan ada program bimbingan belajar dan perpustakaan. Bidang lingkungan akan usahakan penghijauan untuk menggunakan pot gantung dengan menggunakan barang bekas," katanya.

Sementara itu, untuk bidang jasmani kreatif, para pengurus mengajak anak-anak Kampung Apung bermain di lapangan di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, setiap pekannya. 

"Ya meski jauh, kami ajak mereka main ke PIK, di sana ada lapangan, mereka bisa olahraga bareng. Minggu malamnya ada kegiatan marawis," ujar Irvan.

Baca juga: Harapan Warga Kampung Apung kepada Pemprov DKI

Sementara itu, anggota yang membawahi bidang sosial memiliki program memberikan santunan kepada warga yang membutuhkan.

Suasana Kampung Apung, Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (28/3/2019). Kompas.com / Tatang Guritno Suasana Kampung Apung, Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (28/3/2019).
Salah satu anggota, Feizal Kurnia (26) menceritakan, proses pencarian dana bukan dengan meminta sumbangan warga lain.

"Kami punya prinsip memberi santunan untuk warga tanpa meminta warga. Jadi kami pakai uang hasil budidaya ikan lele dan ternak bebek," ujar Feizal. 

Baca juga: Mengenal Kampung Apung yang Dulunya Seindah Kawasan Pondok Indah

Meski demikian, kampung yang kerap terendam banjir membuat budidaya lele terhambat.

"Kalau air pas naik dan banjir, bibit lelenya hilang. Ya karena di sini juga sering banjir, jadi sekarang lagi mau kami mulai dari nol lagi," katanya. 

Suasana depan rumah Komunitas Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (28/3/2019). Kompas.com / Tatang Guritno Suasana depan rumah Komunitas Kampung Apung, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (28/3/2019).
Sebanyak 30 remaja Kampung Apung kini tergabung dalam komunitas tersebut.

Baca juga: Era Jokowi, Ahok, Lanjut Djarot, Nasib Kampung Apung Masih Murung

Mereka rata-rata berusia 20 tahun dan sedang menjalankan kuliah maupun bekerja.

Di balik segala kesibukannya, para pengurus tetap mengaku peduli dengan kondisi tempat tinggal mereka. 

"Kalau bukan generasi mudanya yang mengurus kampung terus siapa? Kami di sini ikhlas berorganisasi demi membantu pertumbuhan generasi di bawah kami. Ya seperti ini kampung kita, ketimbang cuma ngeluh, mending lakuin yang kami bisa," ujar Irvan menambahkan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

BPBD DKI: Banjir yang Rendam Jakarta sejak Kamis Pagi Sudah Surut

Megapolitan
Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Maju Mundur Kenaikan Tarif Transjakarta, Wacana Harga Tiket yang Tak Lagi Rp 3.500

Megapolitan
Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu 'Video Call' Setiap Hari?

Mengapa Penjaga Warung Madura Selalu "Video Call" Setiap Hari?

Megapolitan
Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Gara-gara Masalah Asmara, Remaja di Koja Dianiaya Mantan Sang Pacar

Megapolitan
Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Pendatang Usai Lebaran Berkurang, Magnet Jakarta Kini Tak Sekuat Dulu

Megapolitan
Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Pendaftaran Cagub Independen Jakarta Dibuka 5 Mei 2024, Syaratnya 618.750 KTP Pendukung

Megapolitan
Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Polisi Tilang 8.725 Pelanggar Ganjil Genap di Tol Jakarta-Cikampek Selama Arus Mudik dan Balik

Megapolitan
Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Belajar dari Pemilu 2024, KPU DKI Mitigasi TPS Kebanjiran Saat Pilkada

Megapolitan
Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Kisah Bakar dan Sampan Kesayangannya, Menjalani Masa Tua di Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa

Megapolitan
Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk Se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Bandara Soekarno-Hatta Jadi Bandara Tersibuk Se-Asia Tenggara Selama Periode Mudik Lebaran

Megapolitan
KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

KPU DKI Susun Jadwal Pencoblosan Pilkada 2024 jika Terjadi Dua Putaran

Megapolitan
Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Mengapa Warung Madura di Jabodetabek Buka 24 Jam?

Megapolitan
Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan 'Live' Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Misteri Motif Selebgram Meli Joker Pilih Akhiri Hidup dengan "Live" Instagram, Benjolan di Kepala Sempat Disorot

Megapolitan
Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Dishub DKI Kaji Usulan Kenaikan Tarif Rp 3.500 Bus Transjakarta yang Tak Berubah sejak 2007

Megapolitan
Tarif Sementara Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Rp 3.500, Berlaku Akhir April 2024

Tarif Sementara Bus Transjakarta ke Bandara Soekarno-Hatta Rp 3.500, Berlaku Akhir April 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com