TANGERANG, KOMPAS.com - Putra Aji Adhari (15), remaja yang pernah meretas situs milik National Aeronautics and Space Administration (NASA) mengaku sudah ratusan kali melakukan pengecekan keamanan terhadap berbagai instansi, mulai dari situs instansi bisnis, perbankan, maupun e-commerce.
Namun, yang paling sering dicek adalah kelemahan sistem situs-situs milik pemerintah.
Ia mengatakan, tingkat keamanan situs pemerintah berlevel sedang, sehingga cukup rawan disusupi para hacker.
Baca juga: Selain Situs NASA, Putra Juga Pernah Meretas Situs KPU
"Tapi tingkat keamanan dari situs pemerintah itu beda-beda sih tergantung developer-nya juga," kata Putra kepada Kompas.com, di Tangerang, Minggu (7/4/2019).
Putra mengaku hanya membutuhkan waktu sekitar 60 menit untuk menemukan celah kelemahan sistem situs pemerintah.
Bahkan, ia mengaku pernah menemukan bug dalam waktu kurang dari sepuluh menit.
Baca juga: Mengenal Putra, Remaja 15 Tahun yang Berhasil Meretas Situs NASA
Catatan waktu itu cukup kontras jika dibandingkan dengan instansi-instansi swasta yang biasanya membutuhkan waktu satu hari.
Berbagai macam situs pemerintah sudah pernah ia retas, mulai dari situs pemerintah kota, provinsi, kementerian, Komisi Pemilihan Umum (KPU) hingga Badan Narkotika Nasional (BNN).
"Kalau (situs) pemerintah itu biasanya bisa masuk ke database, jadi data-data yang ada sama pemerintah bisa dilihat," ujarnya.
Baca juga: Berpotensi Pidana, Polri Ingatkan Masyarakat Tak Iseng Meretas
Data-data yang bisa dilihat cukup lengkap, mulai dari nama, tempat tanggal lahir, hingga kediaman setiap warga yang masuk dalam database tersebut.
Database itu kemudian bisa dijual para black hat hacker ke berbagai pihak dan disalahgunakan.
"Kebanyakan data-data itu dijual para black hat ke dark web," kata Putra.
Baca juga: Surabaya Black Hat Pernah Meretas Sistem Situs Pemerintah Los Angeles
Meski bisa mendapatkan keuntungan besar dari menjual data-data tersebut, Putra sama sekali tidak tergoda melakukannya.
Ia tak mau dianggap sebagai kriminal yang melakukan tindak kejahatan dan dijebloskan ke penjara.
Selain itu, ia selalu mengingat ajaran orangtuanya untuk selalu mencari pekerjaan yang halal.
Baca juga: Hasil Meretas, Satu Anggota Surabaya Black Hat Bisa Kantongi Rp 200 Juta Per Tahun