Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Warga Rela Membayar Lebih demi Pulang Kerja Nyaman dengan MRT

Kompas.com - 08/04/2019, 18:26 WIB
Vitorio Mantalean,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Sepulang kerja, Kinasih (29) biasanya berjalan kaki dari kantornya di kawasan Thamrin menuju Stasiun KA Sudirman untuk kemudian naik kereta hingga Stasiun Kebayoran Baru.

Dia memang terbiasa menggunakan kereta rel listrik (KRL) untuk pulang kantor dari Sudirman ke Kebayoran.

Nanti, adik laki-lakinya akan menjemput dia di Stasiun KA Kebayoran dengan sepeda motor untuk membawanya ke rumah di kawasan Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

Hitung-hitung, jika menggunakan KRL, saban pulang kerja, Kinasih hanya mengeluarkan Rp 3.000 untuk ongkos.

Meski begitu, ongkos murah tadi ia tebus dengan sedikit repot. Ia perlu berjejalan bersama tubuh-tubuh lain di kereta yang sesak saat hari berangsur malam.

“Sesaknya itu yang enggak tahan kadang-kadang,” keluh Kinasih saat ditemui Kompas.com pada Kamis (4/4/2019) dalam perjalanan di MRT menuju Stasiun Lebak Bulus.

Baca juga: Ada MRT dan Integrasi Antar Moda, Penumpang KA Bandara Naik 11 Persen

Sejak masa uji coba moda raya terpadu (MRT) hingga kini, Kinasih rutin menggunakan kereta bernama Ratangga itu sebagai angkutan pulang kerja.

Hingga saat MRT telah beroperasi secara komersial per Senin (1/4/2019), ia mengaku tak begitu acuh pada besaran biaya yang perlu ia keluarkan untuk menumpang MRT.

Padahal, ia menempuh rute MRT dari awal sampai tuntas, yakni dari Stasiun Bundaran HI hingga Stasiun Lebak Bulus dengan ongkos sebesar Rp 7.000 sekali jalan (tarif normal Rp 14.000; saat ini masih berlaku diskon 50 persen).

“Harga malah lebih mahal daripada kereta, karena saya harus pakai ojek lagi," kata Kinasih.

Ia pun mengakui bahwa waktu yang diperlukannya untuk sampai rumah menggunakan MRT lebih lama dibandingkan dengan naik KRL.

Waktu tempuh MRT dari Bundaran HI-Lebak Bulus memang berkisar selama 30 menit.

Itu belum termasuk waktu untuk bermacet-macetan dengan ojek online dari Stasiun Lebak Bulus ke rumahnya di Tanah Kusir.

“Tapi, kan enggak usah desak-desakan kayak di kereta,” ucap Kinasih soal pertimbangan utamanya beralih menggunakan MRT.

Sementara itu, jika naik KRL, ia perlu waktu 20 menit mencapai Stasiun KA Kebayoran untuk kemudian dijemput adiknya dengan sepeda motor hingga sampai di rumah di Tanah Kusir.

Baca juga: Mewujudkan Zero Waste di MRT Jakarta

Lain lagi dengan Aca (18), perempuan yang saat ini tengah menjalani Ujian Nasional tingkat SMA.

Saat ditemui Kompas.com pada Jumat (5/4/2019) di Stasiun Dukuh Atas, Aca baru pulang dari sekolahnya di kawasan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan, usai menekuni pelajaran tambahan.

“Mau ke Senayan, cari makan,” ujar Aca malu-malu.

Suasana Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Senin (25/3/2019). MRT Jakarta resmi beroperasi setelah diresmikan Presiden Joko Widodo pada Minggu (24/3/2019). Layanan pada fase operasi tidak berbayar dari Stasiun Lebak Bulus hingga ke Stasiun Bundaran HI akan dimulai pada pukul 05.30 WIB hingga 22.30 WIB.KOMPAS.com /KRISTIANTO PURNOMO Suasana Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Senin (25/3/2019). MRT Jakarta resmi beroperasi setelah diresmikan Presiden Joko Widodo pada Minggu (24/3/2019). Layanan pada fase operasi tidak berbayar dari Stasiun Lebak Bulus hingga ke Stasiun Bundaran HI akan dimulai pada pukul 05.30 WIB hingga 22.30 WIB.
Aca menumpang MRT dari Stasiun ASEAN ke Stasiun Bundaran HI untuk membeli minuman yang diinginkannya.

Menurut Aca, naik MRT lebih baik daripada membawa mobil pribadi.

"Enggak keberatan sih balik arah lagi ke Senayan. Pakai MRT juga murah karena masih diskon. Daripada pakai mobil buat keluar, macet juga, lama lagi," kata dia.

Aca merasa, uang yang disisihkannya untuk ongkos menumpang MRT sepadan dengan kenyamanan yang ia peroleh.

Oleh karenanya, ia tak ambil pusing dengan ongkos sebesar Rp 15.000 yang ia bayar untuk menggunakan MRT hari itu.

Rinciannnya, dari ASEAN-Bundaran HI (Rp 7.000), Dukuh Atas-Senayan (Rp 5.000), dan Senayan-ASEAN (Rp 3.000).  

Terlebih, saat ini MRT masih memberlakukan diskon 50 persen untuk setiap perjalanan.

Rahmat (35), penumpang MRT asal Ciputat, punya alasan lain.

Sejak masa uji coba MRT dimulai, ia telah meyakinkan diri menggunakan MRT untuk pergi dan pulang dari tempat kerjanya di kawasan Senayan.

Alasannya sederhana, ia dapat memperoleh waktu lebih banyak untuk istirahat.

Penumpang MRT mengantre keluar di gerbang pembayaran Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada Senin (1/4/2019).KOMPAS.com / VITORIO MANTALEAN Penumpang MRT mengantre keluar di gerbang pembayaran Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada Senin (1/4/2019).
Rinciannya, tidur selama 10-15 menit perjalanan MRT Senayan-Lebak Bulus serta tidur lebih lama di rumah karena ia sanggup tiba lebih cepat ketimbang biasa saat masih menumpang bus transjakarta.

“Kalau saya waktu naik transjakarta lebih sering berdirinya. Gimana mau merem?” ucap Rahmat setengah bercanda kepada Kompas.com di Stasiun Lebak Bulus, Jumat (5/4/2019).

“Saya bisa satu jam lebih sampai rumah. Bukannya istirahat, yang ada malah makin pegal,” kata dia dengan gaya ceplas-ceplos.

Baca juga: Blok M yang Kembali Menggeliat Berkat MRT...

Rahmat bilang, sebetulnya ongkos menumpang MRT dari Senayan ke Lebak Bulus tergolong lebih murah (Rp 10.000) ketimbang naik bus (Rp 15.000).

Ongkosnya membengkak lantaran perlu menumpang ojek online sejauh kurang lebih 6 kilometer untuk mencapai rumahnya.

Biasa, usai turun dari bus, Rahmat memilih jalan kaki karena rumahnya terpaut tak seberapa jauh dari pemberhentian terakhir bus yang ia tumpangi.

“Tidur lebih lama itu ‘Nikmat Tuhan mana yang kau dustakan’, ibaratnya, Mas,” ia lagi-lagi berseloroh.

“Apalah arti lima ribu, sepuluh ribu,” ucap dia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Megapolitan
Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com