Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Pertama Operasi DDT yang Tak Berjalan Mulus

Kompas.com - 13/04/2019, 07:39 WIB
Ardito Ramadhan,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hari pertama beroperasinya jalur double-double track segmen Jatinegara-Cakung pada Jumat (12/4/2019), kemarin tidak berjalan mulus.

Perjalanan KRL Commuter Line jalur Bekasi molor sejak pagi hingga sore imbas penyesuaian jalur menyusul beroperasinya jalur DDT. Sejumlah penumpang pun kesal karena mereka terlambat beraktivitas.

"Sudah enggak tahan, kalau mau ke tempat kerja juga sudah enggak nyampe, harusnya jam 9 sudah kerja, tapi sekarang jam setengah 10 masih di sini, sudah lah saya pulang saja," ujar seorang penumpamg bernama Fuad, saat ditemui di Stasiun Jatinegara.

Fuad bercerita, ia menaiki kereta dengan jadwal pemberangkatan sekitar pukul 07.30 WIB. Namun, kereta baru berjalan setengah jam kemudian.

Baca juga: Penumpang KRL Diminta Cari Alternatif Lain Sore Ini, Imbas DDT Masih Berlangsung

Perjalanan kereta pun tak lancar, kereta yang ditumpanginya lama tertahan di kawasan Cipinang karena mengantre untuk memasuki Stasiun Jatinegara.

Sumpono, penumpang lain, mengeluhkan kondisi di dalam kereta yang penuh sesak akibat keterlambatan tersebut. Ia pun menganalogikan penumpang dalam kereta bagai singkong dalam karung.

"Saya kurang lebih tiga jam di dalam kereta, wah luar biasa sudah kayak singkong disusun dalam karung saja saking sempitnya," kata Sumpono.

Sesaknya kerera juga membuat banyak penumpang jatuh pingsan. Rizki, salah seorang penumpang, jatuh pingsan setelah merasa kehabisan oksigen kala kereta yang ditumpanginya tertahan lama di Cipinang.

"Saya berdiri terus tiba-tiba gelap, setelah itu saya enggak tahu apa-apa tiba-tiba sudah ada di sini," kata Rizki, yang Jumat pagi kemarin hendak menuju Tebet untuk melakukan wawancara kerja.

Penyesuaian

Kepala Balai Teknik Jakarta-Banten Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Jumardi mengatakan, keterlambatan itu disebabkan oleh penyesuaian operasi menyusul beroperasinya DDT.

"Dari malam sudah kita uji coba bagaimana arus dari timur bisa dipecah masuk dan bagaimana arus dari barat tadinya 4 (jalur) ditambah 2 (jalur) lagi, itu kan ada bottlenecking," kata Jumardi.

Baca juga: Jalur DDT Manggarai-Bekasi Ditargetkan Rampung 2021

Jumardi menuturkan, bottlenecking itu terjadi lantaran jalur kereta selepas Stasiun Jatinegara ke arah barat baru berjumlah dua jalur setelah mempunyai empat jalur sejak dari Cakung ke Jatinegara.

PT Kereta Commuter Indonesia memohon maaf atas keterlambatan tersebut. VP Corporate Communications PT KCI Anne Purba menyebut, perjalanan kereta dapat kembali normal apabila penyesuaian telah selesai.

Anne melanjutkan, jalur DDT sepanjang 9,5 kilometer yang dioperasikan kemarin nantinya dapat memperlancar perjalanan KRL karena lintasannya sudah terpisah dengan lintasan Kereta Api Jarak Jauh.

"Biasanya dengan Kereta Api Jarak Jauh kan didahului ya, tapi di 9,5 km ini kita berharap sudah tidak saling mendahului," ujar Anne.

Baca juga: Keterlambatan KRL karena DDT Bisa Terjadi hingga Sabtu Besok

Namun demikian, PT KCI belum menerapkan jadwal baru perjalanan KRL Commuter Line, khususnya jalur Bekasi, menyusul beroperasinya jalur DDT.

"Nanti, kita masih menggunakan Gapeka yang tahun kemarin sampai nanti Mei ya. Nanti kita mau lihat, mau evaluasi, apakah kita bisa menambah slot perjalanan untuk KRL," kata Anne.

Diketahui, jalur DDT yang dioperasikan kemarin baru sebagian kecil dari keseluruhan proyek DDT. Jumardi menyebut, proyek DDT nantinya akan terbentang dari Manggarai hingga Bekasi yang ditargetkan rampung pada 2021.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com