1. Viral Ahok Protes di TPS Osaka, Jepang, Ini Penjelasan BTP...
Video mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok marah-marah di Tempat Pemungutan Suara (TPS) Osaka, Jepang, beredar di media sosial, Minggu (14/4/2019).
Dalam video tersebut, Ahok yang mengenakan kemeja putih protes karena gilirannya untuk mencoblos pada Pemilu 2019 bisa didahului oleh pemilih yang belum terdaftar di Daftar Pemilih Tambahan (DPTb).
"Tadi kan kesannya walaupun saya di nomor 8, kalau ini duluan kertas suara habis, hilang hak suara saya," kata Ahok dalam video tersebut.
Saat dikonfirmasi Kompas.com, Ahok menjelaskan dalam video itu ia protes kepada saksi pasangan calon nomor urut 02.
"Saksi 02 maksa bahwa yang di DPTb (Daftar Pemilih Tambahan) pun sama haknya dengan yang tidak terdaftar. Jadi artinya, mereka yang antre dengan paspor tanpa terdaftar bisa membuat kami yang terdaftar di DPT dan DPTb tidak bisa milih karena kehabisan kartu pilih," kata Ahok kepada Kompas.com, Senin (15/4/2019).
Baca selengkapnya: Viral Ahok Protes di TPS Osaka, Jepang, Ini Penjelasan BTP...
2. Politik Uang Terang Benderang, Hanya 5 Km dari Pusat Kota Jakarta
APAKAH politik uang masih ada? Bagaimana caranya dilakukan? Aiman membuktikannya, nyata. Tidak perlu jauh-jauh, dekat dengan pusat kota. Masih di Jakarta.
Politik uang, money politics, vote buying, serangan fajar, apa pun istilahnya, marak terjadi jelang pencoblosan. Aktivitas terlarang ini terdengar sulit dibuktikan.
Para pelaku bergerak di masa tenang hingga hari-H pencoblosan. Apa yang dilakukan? Bagaimana caranya? Entahlah. Tapi yang jelas, politik uang masih kerap kita dengar.
Penelitian yang dilakukan peneliti psikologi politik Universitas Indonesia (UI), Hamdi Muluk, mendapatkan, keterpilihan seorang calon ditentukan oleh tiga hal: diketahui, dikenal, dan disukai.
Cara tercepat agar seorang calon mendapatkan ketiga syarat itu adalah dengan tatap muka dalam bentuk apa pun, disengaja ataupun tidak disengaja, dan memberikan bantuan.
Dengan dua cara ini, konsep diketahui, dikenal, dan disukai, akan semakin melekat pada calon.
Tapi ada cara instan untuk mendapatkan suara tanpa harus bersusah payah mengejar tiga syarat di atas.
Baca selengkapnya: Politik Uang Terang Benderang, Hanya 5 Km dari Pusat Kota Jakarta
3. Pemilih Diperbolehkan Memilih di Atas Pukul 13.00, Ini Syaratnya
Lalu, bagaimana jika masih ada orang yang belum mencoblos setelah pukul 13.00?
Ternyata, menurut komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), Ilham Saputra, pemilih masih diperkenankan untuk melakukan pencoblosan dengan beberapa ketentuan.
"Ya (pemilih masih dapat mencoblos setelah pukul 13.00 dengan beberapa ketentuan)," katanya saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/4/2019).
Ketentuan tersebut tertuang dalam Peraturan KPU (PKPU) Nomor 9 Tahun 2019 tentang Perubahan atas PKPU Nomor 3 Tahun 2019 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara dalam Pemilihan Umum.
Pada Pasal 46 Ayat (1) huruf b PKPU Nomor 9 Tahun 2019, pemilih yang diperbolehkan untuk mencoblos setelah pukul 13.00 ialah pemilih yang sedang menunggu giliran untuk memberikan suara dan telah dicatat kehadirannya.
Selain itu, pemilih yang sudah hadir dan berada dalam antrean untuk mencatatkan kehadirannya juga masih diperbolehkan untuk memilih di atas pukul 13.00.
Baca selengkapnya: Pemilih Diperbolehkan Memilih di Atas Pukul 13.00, Ini Syaratnya
Baca juga:
Apa Saja yang Perlu Dibawa Pemilih yang Pindah TPS?
Apa Saja yang Dibawa Saat ke TPS?
4. KPU Bantah soal Kabar Samsul Bahri, WNA yang Disebut Mengurus Pencoblosan di Sydney
Nama Samsul Bahri mencuat di media sosial dan dikaitkan dengan dugaan kecurangan Pilpres 2019 di Sydney.
"Di hoaks itu muncul bahwa seakan-akan Samsul Bahri anggota KPPSLN. Di kita enggak ada yang namanya Samsul Bahri," ungkap Ilham saat dihubungi oleh Kompas.com, Minggu (14/4/2019).
Bahkan, nama tersebut dikatakannya tidak tercantum sebagai anggota KPPSLN di mana pun.
Dalam sebuah unggahan di Facebook oleh akun Revolusi Mental tertulis bahwa Ketua KPPSLN di Sydney dengan nama Samsul Bahri merupakan pendukung paslon Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Akun tersebut juga menuliskan informasi bahwa Samsul sudah menjadi warga negara Australia tetapi mengurusi Pemilu Indonesia.
Baca selengkapnya: KPU Bantah soal Kabar Samsul Bahri, WNA yang Disebut Mengurus Pencoblosan di Sydney
Baca juga: Kendala Pencoblosan di Sydney, KPU Sebut karena Waktu Penyewaan Gedung
5. Presiden Jokowi Ajak Gibran dan Kaesang Bertemu Raja Salman
Ibu Negara Iriana Jokowi juga ikut mendampingi.
Dalam kunjungan ke Arab Saudi, Presiden Jokowi hanya membawa rombongan terbatas, tetapi termasuk di dalamnya kedua putranya, Gibran dan Kaesang.
Foto pertemuan mereka viral di media sosial, bahkan hingga kini di Jakarta, Senin pagi.
Dalam foto tersebut tampak Raja Salman berdiri di tengah diapit oleh Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana Jokowi.
Sementara Gibran di sisi Jokowi dan Kaesang berdiri di samping Iriana. Keduanya mengenakan jas atau pakaian sipil lengkap dengan dasi.
Mereka tiba pada pukul 13.50 waktu setempat dan disambut langsung oleh Raja Salman di halaman depan Istana Pribadi Raja (Al-Qasr Al-Khas).
Presiden dan Ibu Negara Iriana sempat berbincang sebentar dengan Raja Salman di ruang tunggu utama.
Baca juga: Presiden Jokowi Ajak Gibran dan Kaesang Bertemu Raja Salman
Baca juga:
Umrah, Jokowi dan Keluarga Diberi Kesempatan Masuk Kakbah
Presiden Jokowi Ajak Arab Saudi Kerja Sama Syiarkan Islam Toleran
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.