Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mereka yang Urus Logistik Pemilu 2019 Siang Malam, Diupah Rp 900.000 Per Bulan

Kompas.com - 16/04/2019, 13:45 WIB
Walda Marison,
Ana Shofiana Syatiri

Tim Redaksi

"Saya emang suka ngos-ngosan kadang-kadang. Saya memang belum pasang ring," jelasnya.

Sambil tersenyum, dia mengaku tidak takut jika hidupnya harus berakhir saat sedang bekerja seperti ini.

"Kalau kita bisa berbuat sesuatu untuk bangsa dan negara dan orang banyak kan itu salah satu ibadah juga, mudah mudahan di catat sama yang di atas," ucapnya.

Hal yang sama juga dikatakan Solikin selaku ketua Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Pasar Minggu Solihin.

Pria yang sehari-harinya mengajar ini juga telah berada di Gor lebih dari seminggu, sama seperti Choirul.

"Wah saya sudah hampir seminggu lebih, Mas. Ini suara sudah hampir habis karena kebanyakan begadang," katanya.

Baca juga: Dikawal Polisi, KPU Surakarta Distribusikan Ribuan Logistik Pemilu 2019 ke PPS

Oleh karena tugas ini, Solihin harus rela tidak mengajar ke sana ke mari. Maklum, selama beberapa tahun terakhir dia bekerja sebagai guru privat.

Walaupun pekerjaan utamanya harus ditinggalkan dan mengurusi logistik pemilu tidak mendatang uang yang cukup, Solihin tetap merasa senang dengan keadaan itu.

"Yah walaupun dibayar enggak seberapa, cuman rasa seneng itu ada soalnya bisa bantu banyak orang, Mas," ujarnya.

Pekerja menyegel kotak suara sebelum didistribusikan ke kelurahan di gudang logistik KPU, GOR Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (16/4/2019). KPU Jakarta Selatan mulai mendistribusikan kotak suara beserta logistik Pemilu serentak 2019 ke TPS yang tersebar di kelurahan di wilayah Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Pekerja menyegel kotak suara sebelum didistribusikan ke kelurahan di gudang logistik KPU, GOR Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (16/4/2019). KPU Jakarta Selatan mulai mendistribusikan kotak suara beserta logistik Pemilu serentak 2019 ke TPS yang tersebar di kelurahan di wilayah Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Salah satu pengawas yang memantau jalanya persiapan logistik, Somad (40) juga merasakan hal yang sama.

Dia mengaku baru pulang pukul 03.00 dari GOR hanya untuk memantau jalanya persiapan logistik. Bahkan selama seharian, banyak dari para pekerja tidak tidur.

"Istirahat sih istirahat, cuman nggak ada yang bisa tidur. Kita pada melek semua, kan paginya harus persiapan lagi," jelasnya.

Dia tidak menganjurkan pekerjaan ini bagi orang-orang pencari gaji atau materiil. Sebab tenaga yang dikeluarkan tidak akan sebanding dengan materi yang didapatkan.

Baca juga: Logistik Pemilu di Mimika Mulai Didistribusikan ke Pegunungan dan Pesisir Pantai

"Hanya orang orang yang punya jiwa sosial tinggi yang mau kerja seperti ini. Kalau nyari gaji mah jangan harap," ucapnya.

Menurut dia, kerja keras mereka, jerih payah mereka semua akan terbayar jika pemilu tahun ini bisa berjalan dengan lancar.

Mereka akan merasa bangga dapat terlibat dalam pesta demokrasi lima tahun sekali jika diakhir pemilu tidak diwarnai kerusuhan.

"Kalau semua sudah kelar, pemilu berjalan lancar, di situlah puasnya. Benar-benar enggak bisa bayar pakai uang. Semua kerja keras terbayar," katanya.

"Makanya kalau bisa jangan ada yang rusuh nanti. Kita kepingin pemilu ini berjalan lancar aman. Biar kita juga senang jalanininya," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDIP Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDIP Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Megapolitan
Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com