JAKARTA, KOMPAS.com - Suasana sibuk terlihat di Gedung Olahraga (GOR) Pasar Minggu,Jakarta Selatan. Tumpukan kotak suara pun terlihat berbaris rapih di dalam GOR.
Terlihat beberapa orang lalulalang mengangkat kotak suara ke lantai bawah untuk dimasukkan ke dalam mobil truk. Kotak suara itu akan diantar ke tiap Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang ada di setiap Kelurahan di Kecamatan Pasar Minggu.
Salah seorang yang terlihat sibuk yakni ketua Panitia Pemungutan Suara (PPS) kecamatan Ragunan Choirul. Pria dengan dua anak dan satu cucu ini ternyata sudah seminggu lebih menginap di GOR Pasar Minggu ini.
"Sudah seminggu lebih, Mas. Dari logistik datang sampai ngurus semuanya ya di sini," katanya kepada Kompas.com, Selasa (16/4/2019).
Baca juga: Pengiriman Logistik Pemilu Kepulauan Seribu Sempat Terkendala Cuaca
Selama seminggu juga dia harus bermalam di GOR dengan peralatan seadanya. Tidur di lantai yang terbuat dari kayu, persis layaknya lantai lapangan futsal.
Keluarganya pun harus ditinggalkan demi pekerjaan yang sangat menyita waktu ini. Namun, Choirul tampak menikmati pekerjaannya. Apa yang dia lakukan saat ini merupakan bentuk pelayanan dia untuk masyarakat.
"Ya, ini kan pelayanan untuk masyarakat juga. Ini juga sebagai bentuk tanggung jawab moral buat saya karena saya enggak kepingin kelurahan tempat saya tinggal jelek, jadi saya bersedia ikut bantu bantu," ucapnya.
Tidak ada sama sekali dibenaknya untuk mencari uang dalam pekerjaan ini. Uang didapatkan sebagai ketua PPS sangat tidak sebanding dengan pekerjaan yang dia lakukan.
Lelah dan keringat karena bekerja di GOR selama seminggu untuk mengurus logistik kotak suara diupah Rp 900.000 per bulan.
Baca juga: Kawal Distribusi Logistik Pemilu, KPU Kota Kendari Siapkan Pawang Hujan
Untuk uang makan pun tidak disediakan pemerintah. Choirul dan dua anak buahnya harus bertahan hidup di GOR, membeli makan sendirian dengan upah upah tersebut.
Selain duka yang diceritakan selama menjadi PPS kelurahan, dia juga berbagi kisah "enak"nya jadi PPS.
Banyak ilmu dan pengalaman yang dia dapat selama bekerja di sini. Dia juga kerap berbagai ilmu kepada teman sejawat saat bekerja.
Baca juga: Jelang Pencoblosan, KPU Diminta Fokus soal Distribusi Logistik Pemilu
"Bisa saling berbagi ilmu administrasi di sini. Kan banyak juga kita belajar ilmu administrasi saat bekerja di sini. Dan minimal saya jadi kenal orang banyak. Punya banyak kenalan dari kelurahan kelurahan lain," tuturnya.
Choirul bercerita bahwa dia mengidap penyakit jantung. Di usianya yang sudah menginjak 58 tahun ini, sangat berbahaya rasanya jika tidak pintar pintar menjaga kesehatan. Apalagi dengan pekerjaan yang dia geluti sekarang.
"Saya emang suka ngos-ngosan kadang-kadang. Saya memang belum pasang ring," jelasnya.
"Kalau kita bisa berbuat sesuatu untuk bangsa dan negara dan orang banyak kan itu salah satu ibadah juga, mudah mudahan di catat sama yang di atas," ucapnya.
Hal yang sama juga dikatakan Solikin selaku ketua Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Pasar Minggu Solihin.
Pria yang sehari-harinya mengajar ini juga telah berada di Gor lebih dari seminggu, sama seperti Choirul.
"Wah saya sudah hampir seminggu lebih, Mas. Ini suara sudah hampir habis karena kebanyakan begadang," katanya.
Baca juga: Dikawal Polisi, KPU Surakarta Distribusikan Ribuan Logistik Pemilu 2019 ke PPS
Oleh karena tugas ini, Solihin harus rela tidak mengajar ke sana ke mari. Maklum, selama beberapa tahun terakhir dia bekerja sebagai guru privat.
Walaupun pekerjaan utamanya harus ditinggalkan dan mengurusi logistik pemilu tidak mendatang uang yang cukup, Solihin tetap merasa senang dengan keadaan itu.
"Yah walaupun dibayar enggak seberapa, cuman rasa seneng itu ada soalnya bisa bantu banyak orang, Mas," ujarnya.
Dia mengaku baru pulang pukul 03.00 dari GOR hanya untuk memantau jalanya persiapan logistik. Bahkan selama seharian, banyak dari para pekerja tidak tidur.
"Istirahat sih istirahat, cuman nggak ada yang bisa tidur. Kita pada melek semua, kan paginya harus persiapan lagi," jelasnya.
Dia tidak menganjurkan pekerjaan ini bagi orang-orang pencari gaji atau materiil. Sebab tenaga yang dikeluarkan tidak akan sebanding dengan materi yang didapatkan.
Baca juga: Logistik Pemilu di Mimika Mulai Didistribusikan ke Pegunungan dan Pesisir Pantai
"Hanya orang orang yang punya jiwa sosial tinggi yang mau kerja seperti ini. Kalau nyari gaji mah jangan harap," ucapnya.
Menurut dia, kerja keras mereka, jerih payah mereka semua akan terbayar jika pemilu tahun ini bisa berjalan dengan lancar.
Mereka akan merasa bangga dapat terlibat dalam pesta demokrasi lima tahun sekali jika diakhir pemilu tidak diwarnai kerusuhan.
"Kalau semua sudah kelar, pemilu berjalan lancar, di situlah puasnya. Benar-benar enggak bisa bayar pakai uang. Semua kerja keras terbayar," katanya.
"Makanya kalau bisa jangan ada yang rusuh nanti. Kita kepingin pemilu ini berjalan lancar aman. Biar kita juga senang jalanininya," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.