Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/04/2019, 22:18 WIB
Walda Marison,
Palupi Annisa Auliani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com—Praktik politik uang "serangan fajar" diduga terjadi di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jakarta Timur tengah mendalami laporan dugaan ini.

"Iya benar terjadi (dugaan) money politic di wilayah saya," ujar Ketua RW 10, Kecamatan Lubang Buaya, Jakarta Timur, Sutarlan (58) saat ditemui di kediamannya, Rabu (17/4/2019).

Menurut Sutarlan, kabar itu dia dapatkan dari warga yang melapor kepadanya pada Rabu pagi. Disebutkan ada pembagian uang oleh beberapa oknum untuk memilih salah sau calon legislatif (caleg) dari partai tertentu. '

"Katanya ada pembagian uang. Lalu saya telusuri siapa saja yang dapat uang itu. Besarnya Rp 100.000. Dapatlah tiga orang itu warga saya," lanjut Sutarlan. 

Ketiga warga tersebut sempat dibawa menemui Sutarlan. Mereka lalu mengaku mendapat uang dari dua oknum.

"Saya tanya dapat dari siapa. Sebut saja dapat dari A dan dari B. Saya panggil kemudian A dan B itu," kata Sutarlan.

Menurut Sutarlan, ada lebih banyak lagi pembagi uang selain A dan B. Namun, Sutarlan hanya memanggil A dan B.

Baca juga: Bawaslu DKI Gelar Patroli Malam Cegah Serangan Fajar

 

Kepada Sutarlan, A dan B pun mengaku memberikan uang tersebut yang berasal dari salah satu Ketua RT di RW 10. Sutarlan menyebut oknum Ketua RT ini sebagai X.

"Saya tanyakan A, dia mengaku dapat uang Rp 6 juta untuk 60 orang, uangnya sisa Rp 600.000. Lalu, si B dapat Rp 7,5 juta, sisa Rp 600.000 juga. Saya kumpulkan uangnya. Jadi di saya ada uang Rp 1,5 juta sebagai barang bukti (termasuk dari tiga warga penerima)," ungkap Sutarlan.

Setelah menginterogasi A dan B, Sutarlan memanggil X untuk mendapatkan penjelasan asal uang. Kepada Sutarlan, X mengaku memberikan uang itu kepada A dan B, sembari menyebut dia menerima uang Rp 140 juta untuk dibagikan kepada warga agar memilih oknum caleg tertentu.

"X ngaku dapat dari seorang caleg kira-kira Rp 140 juta lebih untuk dibagikan ke warga di RW 10, untuk 1.427 orang. Saya dapat datanya siapa-siapa saja yang terima uang itu," ujar Sutarlan.

Setelah mengetahui aliran uang dan motif pembagian uang tersebut, Sutarlan menelepon Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan dan Bawaslu Jakarta Timur untuk melaporkan temuan ini. Panwaslu sempat mendatangi rumah Sutarlan terkait laporan tersebut. 

Baca juga: Bawaslu DKI Terima 64 Aduan Pemilu pada Hari Coblosan

Komisioner Bawaslu Jakarta Timur Bidang Hukum, Data dan Informasi, Ahmad Syarifudin membenarkan temuan tersebut. Dia pun telah memegang nama oknum yang terlibat tetapi menolak membuka datanya.

"Ini masih kami dalami, dalam arti kapan dia memberikan uangnya, melibatkan siapa saja, hukumannya kan beda-beda," kata Syarifudin ketika dikonfirmasi, Rabu. 

Barang bukti dari dugaan politik uang tersebut, lanjut Syarifudin, juga sudah diterima Bawaslu Jakarta Timur untuk disimpan guna pendalaman kasus lebih lanjut. 

"Kami sudah menerima barang bukti berupa sejumlah uang dan data rekapan orang-orang yang diduga menerima uang," ujar dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Massa Buruh Mulai Tinggalkan Area Patung Kuda, Elemen yang Tersisa Diimbau Bubarkan Diri

Massa Buruh Mulai Tinggalkan Area Patung Kuda, Elemen yang Tersisa Diimbau Bubarkan Diri

Megapolitan
BPBD DKI: 11 Kecamatan di Jakarta Berpotensi Longsor pada Oktober 2023

BPBD DKI: 11 Kecamatan di Jakarta Berpotensi Longsor pada Oktober 2023

Megapolitan
2 Tersangka Kasus Rumah Produksi Film Dewasa Menikah di Kantor Penyidik

2 Tersangka Kasus Rumah Produksi Film Dewasa Menikah di Kantor Penyidik

Megapolitan
Bocah 8 Tahun Dianiaya Teman di Rental PS, KPAI Usul Diselesaikan Secara Damai

Bocah 8 Tahun Dianiaya Teman di Rental PS, KPAI Usul Diselesaikan Secara Damai

Megapolitan
Penasaran, Warga Cipayung Dekati Monyet Liar yang Berkeliaran di Permukiman

Penasaran, Warga Cipayung Dekati Monyet Liar yang Berkeliaran di Permukiman

Megapolitan
Jalan MH Thamrin dan Abdul Muis Kembali Dibuka Usai Demo Buruh, Lalu Lintas Padat Merayap

Jalan MH Thamrin dan Abdul Muis Kembali Dibuka Usai Demo Buruh, Lalu Lintas Padat Merayap

Megapolitan
Pemuda di Depok Sudah 35 Kali Mencuri di Warung Kelontong, Awalnya Mengaku Coba-coba

Pemuda di Depok Sudah 35 Kali Mencuri di Warung Kelontong, Awalnya Mengaku Coba-coba

Megapolitan
Pasutri Diduga Tipu Warga Warakas, Korban: Pinjam Dulu Rp 500.000, Senin Diganti...

Pasutri Diduga Tipu Warga Warakas, Korban: Pinjam Dulu Rp 500.000, Senin Diganti...

Megapolitan
Reservoir Komunal untuk Atasi Krisis Air di Rusun Marunda Telah Beroperasi, tetapi Belum Diresmikan

Reservoir Komunal untuk Atasi Krisis Air di Rusun Marunda Telah Beroperasi, tetapi Belum Diresmikan

Megapolitan
Polisi Periksa Tujuh Saksi terkait Kasus Bocah Dianiaya Teman di Rental PS

Polisi Periksa Tujuh Saksi terkait Kasus Bocah Dianiaya Teman di Rental PS

Megapolitan
Gugatan Buruh Ditolak MK, Presiden KSPSI: Melukai Rasa Keadilan Buruh

Gugatan Buruh Ditolak MK, Presiden KSPSI: Melukai Rasa Keadilan Buruh

Megapolitan
Bakal Ajukan Pledoi, Kuasa Hukum Harap Wowon Dkk Dihukum Seumur Hidup

Bakal Ajukan Pledoi, Kuasa Hukum Harap Wowon Dkk Dihukum Seumur Hidup

Megapolitan
Pengendara Motor Tabrak Truk dari Belakang, Korban Disebut Kejang Sebelum Tewas

Pengendara Motor Tabrak Truk dari Belakang, Korban Disebut Kejang Sebelum Tewas

Megapolitan
Pendidikan Seksual Tak Diberikan Sejak Dini Disebut Picu Pedofilia Makin Marak

Pendidikan Seksual Tak Diberikan Sejak Dini Disebut Picu Pedofilia Makin Marak

Megapolitan
8 Monyet Liar Satroni Permukiman Warga Cipayung, Bergelantungan dan Lompat di Pohon

8 Monyet Liar Satroni Permukiman Warga Cipayung, Bergelantungan dan Lompat di Pohon

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com