Menurut dia, penghitungan untuk satu surat suara legislatif dapat mencapai lima menit, mulai dari dibukanya surat suara, mencari lubang coblosan, sampai pencatatan di formulir C1.
Ketika penghitungan surat suara selesai, para petugas KPPS belum bisa beristirahat. Mereka mesti mengantar kotak suara beserta berkas-berkas lainnya ke panitia di tingkat kecamatan.
"Kami langsung kirim ke kecamatan karena mikirnya ya sudah sekalian, sekalian capek. Alhamdulillah kita enggak antre di GOR, akhirnya jam 8 pagi saya sudah pulang ke rumah," kata Yanuar.
Bila ditotal, Yanuar dan petugas KPPS lainnya bekerja lebih dari 24 jam demi menyukseskan pesta demokrasi itu.
Meski lelah, Yanuar mengaku tak kapok untuk kembali menjadi anggota KPPS apabila pemilu mendatang digelar.
"Kalau saya pada saat itu sih mungkin kapok ya tapi kalau sekarang enggak sih mungkin karena saya kemarin itu masih baru," ucap dia.
Walau demikian, Yanuar mengusulkan agar formulir C1 dan surat suara pemilihan legislatif dibuat lebih ramping demi memudahkan proses penghitungan suara.
"Kertasnya pemilihan presiden sih udah gak terlalu sulit, tetapi DPRD lembarannya terlalu gede, kalau untuk lansia ini juga enggak begitu kelihatan tulisannya, kalau anak muda mungkin kekecilan," kata dia.
Nunik, adik ipar Rudi, berpendapat, pemilu serentak sebaiknya tidak dilanjutkan karena proses penghitungan suaranya jauh lebih lama dan menyebabkan petugas TPS kelelahan hingga jatuh sakit bahkan meninggal dunia.
"Pemilu ke depan semoga lebih fleksibel, jika dicampur kayak begini presiden, DPR, DPD, dan DPRD, itu banyak sekali. Pasti memerlukan waktu banyak," kata Nunik usai pemakaman Rudi di TPU Prumpung, Selasa (23/4/2019).
Baca juga: Pemprov Jabar Berikan Santunan Rp 50 Juta kepada 49 Petugas KPPS yang Meninggal
Nunik menilai, proses perhitungan suara dalam pemilu serentak jauh lebih lama dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya. Sebab, surat suara yang dihitung jumlahnya jauh lebih banyak.
"Membuka dan menutup surat suara yang banyak, menghitung dan lain-lain Itu memakan waktu, lebih rumit, itu ga efesien," ujar Nunik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.