Meski demikian, Manih mengaku Niman tak pernah mau jika diajak ke dokter untuk memeriksakan kesehatannya.
Bahkan, ia sempat kerja bakti dan berkumpul bersama keluarga di rumah pada Minggu (21/4/2019).
Namun, saat itu, Niman seketika jatuh pingsan dan dilarikan ke Rumah Sakit Permata Ibu, Sawangan.
Baca juga: Petugas KPPS di Bekasi yang Meninggal Bertambah Jadi 5 Orang
Setelah 90 menit di rumah sakit atau tepatnya pada pukul 14.20, Niman menghembuskan nafas terakhirnya.
“Dia memang kelelahan karena dia tidak punya riwayat sakit, kolesterol, gula darah, darah tinggi, jantung. Kalau sakit cuma diurut saja, tidak mau ke dokter," ucap Manih.
Ia mengatakan, suaminya merupakan orang yang ulet dan pekerja keras.
Niman, lanjut dia, juga aktif di lingkungannya, bahkan sering membantu RT setempat mengurus warga.
Baca juga: 28 Petugas KPPS di Riau Sakit Saat Bertugas: Ada yang Linglung, Keguguran hingga 6 Meninggal Dunia
Menurut Manih, sang suami juga menceritakan kesibukannya selama mengurus Pemilu 2019.
Kepada sang istri, Niman menceritakan ada lima kotak suara yang harus dihitung ulang, yakni surat suara pilpres, DPRD Provinsi, DPRD Kota, DPD, dan DPR RI.
"Jadi kata suami saya memang agak ribet ya karena para petugas itu harus teliti menghitung suara. Satu hitungan salah akan jadi salah semua jumlahnya," ujarnya.
Baca juga: Menkes: Petugas KPPS Mestinya Shifting
Manih juga menambahkan, Niman tak pernah mempermasalahkan upah yang dibayarkan sebesar Rp 500.000.
Menurut dia, sang suami hanya berharap dapat memberikan kinerja yang terbaik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.