Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Faktor Penyebab Kemacetan di Tanjung Priok

Kompas.com - 26/04/2019, 08:39 WIB
Tatang Guritno,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara menjadi salah satu lokasi yang familiar dengan macet. Kemarin, Kamis (25/4/2019) sejak pagi warga mengeluhkan kondisi Tanjung Priok yang macet karena padatnya antrean truk kontainer masuk ke Jakarta International Container Terminal (JICT).

Kemacetan ternyata sudah terjadi sejak Rabu (24/4/2019) pukul 23.00 WIB. Pihak kepolisian menyebutkan kemacetan terjadi karena gate system error pada pintu masuk JICT.

Nah, kemacetan di Tanjung Priok tidak hanya terjadi akhir-akhir ini. Namun sudah menjadi langganan. Sebenarnya apa saja faktor yang membuatnya tak pernah lepas dari macet?

Tarif Tol Mahal

Kemacetan di kawasan Tanjung Priok juga disebabkan enggannya para sopir untuk masuk ke dalam tol yang berada di kawasan tersebut.

Tarif tol untuk truk sebesar Rp 45.000 untuk jarak tiga kilometer dianggap terlalu mahal. Sehingga truk memilih lewat jalur biasa yang berada di bawah tol. Hal ini tak jarang mengakibatkan penumpukan arus lalu lintas.

Baca juga: Sistem Pintu JICT Eror, Lalu Lintas Tanjung Priok Macet

Pertemuan Arus Jalan

Kepala Pos Polisi JICT Iptu Heri menjelaskan, salah satu hal yang paling sering membuat kemacetan di kawasan Tanjung Priok adalah pertemuan arus lalu lintas dari atas tol, dengan arus lalu lintas yang berada di bawah tol.

Menurutnya, jika kendaraan sedang padat, pertemuan dua arus ini akan saling mengunci. Apalagi dengan kendaraan yang mayoritas berupa truk kontainer, butuh waktu cukup lama untuk mengurai kepadatan arus yang sebabkan kemacetan.

"Jadi seperti mengunci, karena yang dari dalam mau keluar menumpuk, begitu pun sebaliknya. Lalu lintas diluar juga berdampak karena kendaraan dari exit tol juga padat," papar Heri. 

Adapun Kamis kemarin, kemacetan cukup parah terjadi di exit Tol Semper dan Dewa Ruci.

Baca juga: Sempat Sebabkan Kemacetan, JICT Pastikan Sistem Pintu Otomatis Sudah Normal

Kendala Sistem Pintu Masuk

Kemacetan yang terjadi Kamis (25/4/2019) kemarin disebabkan oleh menumpuknya antrian masuk ke dalam JICT. Penumpukan itu terjadi di perempatan Pos 9 JICT kearah pintu masuk JICT yang berada di jalan arah Cilincing.

Truk kontainer menumpuk sejak pukul 23.00 pada Rabu (24/4/2019), menurut Kasat Lantas Polsek Tanjung Priok AKP Widodo, hal itu karena JICT alami kendala gate system error pada pintu masuknya.

"Terjadi gate system error, sehingga arus keluar masuk JICT terganggu. Antrian panjang truk trailer menimbulkan kemacetan di sekitar pelabuhan," terang Widodo.

Akibatnya pengecekan truk kontainer dilakukan secara manual, sehingga memakan waktu cukup lama dan akibatkan kemacetan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Megapolitan
Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Megapolitan
Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Megapolitan
Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Megapolitan
Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com