Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelecehan Seksual di Kereta Api, Ini Saran Komnas Perempuan untuk PT KAI

Kompas.com - 26/04/2019, 11:22 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus pelecehan yang terjadi di dalam KA Sembrani relasi Jakarta-Surabaya viral setelah korban, BN, mengunggah peristiwa yang dialaminya melalui akun Twitter-nya, awal pekan ini.

Korban mengaku tidak bisa berbuat apa-apa ketika dirinya dilecehkan.Ia juga mengaku kecewa, saat melaporkan peristiwa kepada petugas di atas kereta api, tindak lanjutnya justru tidak memberikan efek jera bagi pelaku.

Pelaku bahkan dibiarkan turun sebelum stasiun tujuannya, dengan alasan sudah diperingatkan untuk tak mengulangi perbuatannya.

Merespons peristiwa ini, Wakil Ketua Komisi Nasional (Komnas) Perempuan, Budi Wahyuni, mengatakan, sebaiknya PT KAI memublikasikan kontak yang bisa dihubungi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pelecehan seksual.

Baca juga: [POPULER MEGAPOLITAN] Sandiaga Yakin Pemilu Jujur | Percakapan Ratna dan Fadli Zon | Pelecehan Seksual di KA

"Idealnya, seharusnya PT KAI yang sudah positif di bidangnya, selalu ada penanggung jawab di setiap perjalanan di mana ada foto dan nomor handphone (penanggung jawab) yang ditempelkan di setiap gerbong," ujar Budi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (25/4/2019).

Selain itu, Budi juga mengimbau kepada PT KAI agar para petugas yang direkrut dites terkait orientasi mereka tentang kekerasan pada perempuan dan sikap yang dilakukan untuk melindungi korban.

Hal ini bisa dilakukan pada proses rekrutmen SDM.

Budi menyayangkan peristiwa yang menimpa BN karena korban sudah mengungkapkan permasalahannya dan bersedia melaporkan kepada petugas PT KAI. Akan tetapi, petugas tidak akomodatif terhadap korban.

Tindakan menyalahkan korban pelecehan seksual akan membuat korban menjadi enggan melaporkan karena ia tidak akan diberikan perlindungan oleh petugas.

Baca juga: Kesaksian Penumpang Korban Pelecehan Seksual di KA Jakarta-Surabaya

Budi juga mengusulkan agar penempatan tempat duduk penumpang KA dibuat berdekatan dengan sesama jenis.

"Bisa juga di kemudian hari ada orang yang beli tiket, KTP-nya kan sudah teridentifikasi jenis kelaminnya, tidak menutup kemungkinan PT KAI akan menempatkan penumpang perempuan dengan perempuan, misalnya seperti itu," ujar Budi.

Sikap jika dilecehkan

Kepada siapa saja yang mengalami tindakan pelecehan, Budi mengingatkan untuk memberanikan diri teriak.

"Kalau bisa teriak, paling tidak memberikan respons terhadap pelaku bahwa dirinya tidak suka dengan perlakuan seperti itu. Dan korban juga bisa melaporkan kepada petugas yang terdekat dari lokasi ia dilecehkan," ujar Budi.

Baca juga: Viral Pelecehan Seksual Dalam Kereta, PT KAI Minta Maaf

Sementara itu, kepada mereka yang menyaksikan terjadikan tindakan pelecehan, agar memberikan pertolongan dan berempati kepada korban. 

"Berempatilah kepada korban, itu korban lho ya bukan orang pura-pura. Kalau kita sudah menumbuhkan rasa empati kepada korban, diharapkan bukan lagi menyalahkan korban, tapi berempati dan berusaha menolong korban," ujar Budi.

Kemudian, jika pelaku sudah dilaporkan ke petugas PT KAI atau ke kepolisian, korban pelecehan seksual ini setidaknya harus mendapatkan hak pemulihan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonor untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonor untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Megapolitan
Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Megapolitan
Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Megapolitan
Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Megapolitan
Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com