3. Sediakan mobil untuk ambil sabu
Kanit 1 Reserse Narkoba, AKP Arif Otara mengatakan para pelaku menyediakan angkutan bagi para pembeli yang memesan narkoba dari mereka.
"Dari keterangan dia, hasil lidik kita, mereka ketika (pembeli) sudah memesan 20 Kilogram (sabu-sabu), sudah plus dapat angkutannya, jadi bawa kunci tinggal jalan," kata dia.
Arif mengatakan, truk berisi sabu tersebut diarahkan menuju Tangerang, Banten. Dari Tangerang, sudah ada empat mobil yang disediakan untuk mengantar sabu tersebur.
"Sampai Tangerang sabunya akan dimasukkan ke dalam empat mobil yang akan diambil kurir. Jadi truknya itu cuma sampai Balaraja aja," kata dia.
Baca juga: Pengedar Sabu 120 Kg Sediakan Kendaraan untuk Angkut Barang ke Pembeli
4. Sabu-sabu dari peredaran jaringan internasional
Arif mengatakan, sabu-sabu itu didapatkan ketiga tersangka dari jaringan Internasional yang ada di Myanmar, kemudian dikirm ke Thailand lewat jalur darat, dilanjutkan ke Malaysia, lalu dikirim ke Indonesia lewat jalur laut. Narkoba itu kemudian didaratkan di daerah Riau.
Sabu-sabu itu kemudian dimasukan ke dalam lima karung dan diselipkan di antara ratusan karung arang di dalam truk kontainer.
5. Pengiriman ketiga
Kasat Narkoba Polres Jakarta Barat, AKBP Erick Frendriz mengatakan, ketiga tersangka tersebut sudah tiga kali mengedarkan narkoba.
"Ini pengiriman ketiga dilakukan jaringan ini di Indonesia yang menggunakan truk dengan kamuflase arang. Yang pertama 50 kilo, kemudian 80 kilo, ini yang ketiga. Kami tidak mau kelewatan lagi karena kita tahu ini jumlahnya besar," ujar Erick.
Berdasarkan pengakuan dari para pelaku, pengiriman pertama mereka lakukan di bulan Januari sementara pengiriman kedua pada bulan Februari.
6. Berencana kirim hingga 1 ton sabu
Kemudian, Erick menyampaikan pihaknya mendapat laporan dari masyarakat bahwa akan ada pengiriman kembali menggunakan salah satu truk kontainer yang berasal dari Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat hingga akhirnya melakukan penangkapan.
"Mereka punya rencana, apabila ini lolos, mereka bahkan akan mengirimkan jumlah lebih besar lagi antara setengah ton sampai 1 ton yang akan dimasukkan. Kita bisa bayangkan betapa bahayanya risiko terhadap generasi bangsa” ujar Erick.