JAKARTA,KOMPAS.com - Kawasan RW 008, Kelurahan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan bak kapal pecah.
Tempat ini terlihat kotor, becek, dengan lumpur yang cukup tebal berserakan di mana-mana.
Sudah sejak Sabtu (27/4/2019) warga setempat harus berjibaku dengan lumpur yang tebalnya kira-kira 10 sentimeter itu.
Pada Jumat (26/4/2019), kawasan ini dilanda banjir karena meluapnya air Kali Ciliwung.
Warga setempat tampak berlumuran tanah, bertelanjang kaki dan berlalu-lalang saat membersihkan lumpur yang melumuri jalanan setempat.
Baca juga: Anies Bandingkan Banjir 2015 dengan 2019, Apa Bedanya?
Mereka menyemprot lumpur dengan selang air yang disediakan pemadam kebakaran setempat agar lumpur yang sudah mengeras lebih mudah disingkirkan.
"Wah sudah dari Sabtu bersih-bersih lumpur. Sampai sekarang enggak kelar-kelar. Habis dibersihin, air naik lagi, naik lagi," ujar Bolek, warga yang membersihkan lumpur kepada Kompas.com, Senin (29/4/2019).
Dia terlihat sangat lelah. Sambil duduk di sembarang motor diparkir di sana, dia menceritakan keluh kesahnya kepada Kompas.com.
Ternyata, rumah dia belum dibersihkan sama sekali. Saat ini, kondisi rumah Bolek terendam lumpur setinggi satu meter.
"Rumah saya di bibir kali tuh, belum dibersihin sama sekali, tetapi kita bersihin lumpur yang di jalan dulu, rumah saya mah belakang saja," ucap dia.
"Mana rumah saya jebol pintunya, temboknya miring hampir rubuh," kata dia lagi.
Sambil sesekali mengusap keringat dengan tangannya yang penuh tanah, dia mengaku kesulitan menyingkirkan lumpur lumpur tersebut.
Mati listrik menjadi kendala utama yang mereka alami.
"Dari kemarin pas banjir listrik pada mati. Kita kan butuh listrik buat nyalain air. Kalau enggak ada air, susah bersihin lumpurnya," ucap Bolek.
Baca juga: Fakta Banjir dan Longsor di Manado, 674 Rumah Rusak hingga 3.613 Warga Mengungsi
Namun, dia bisa sedikit bernapas lega lantaran ada bala bantuan dari petugas pemadam kebakaran setempat.
Petugas damkar membantu warga menyemprotkan air untuk memudahkan pembersihan lumpur.
Ketika ditanya apa harapan warga terhadap pemerintah, Bolek seolah enggan berharap lagi. "Wah enggak tahu dah, susah mau diharapin bang," kata dia.
Menurut dia, pemerintah hanya bisa menyumbang jika sudah terjadi bencana. Langkah ini, kata dia, tidak menyelesaikan masalah.
"Jadi kayanya solidaritas ada pas bencana doang. Kalau pas biasa enggak terjadi apa-apa, enggak diperhatiin solidaritas kemanusiaan, cuma sebatas bencana doang," ucap dia.
Hingga saat ini, pembersihan masih berlanjut. Warga berjibaku dengan lumpur demi sebuah tempat tinggal yang bersih sambil berharap tidak terjadi banjir lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.