Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Nilai Terlalu Dini jika Tarif MRT Naik, "Habbit" Masyarakat Belum Terbentuk

Kompas.com - 02/05/2019, 14:29 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga DKI Jakarta berharap agar pemerintah tak buru-buru menaikkan tarif moda raya terpadu (MRT).

Gilang Mahesa (41) misalnya, menilai terlalu cepat jika pemerintah menormalkan tarif MRT sekarang.

Apalagi jika pemerintah punya niat mengalihkan warga untuk menggunakan transportasi publik.

"Kalau dinaikan sekarang, habbit masyarakat kan belum terbentuk," kata Gilang saat ditemui Kompas.com di kereta MRT menuju Lebak Bulus pada Kamis (2/4/2019).

Ia mengatakan, pemerintah belum bisa melihat jumlah perpindahan masyarakat yang menggunakan transportasi umum jika baru sebulan memberlakukan tarif rendah kepada para pengguna MRT.

Baca juga: Diskon Tarif MRT Diperpanjang hingga 12 Mei 2019

Menurut dia, saat ini masih banyak warga yang menggunakan MRT hanya karena moda ini masih baru, atau bukan karena benar-benar butuh akan transportasi umum tersebut.

Jika pemerintah menerapkan tarif normal sekarang, kata Gilang, dikhawatirkan masyarakat akan kembali menggunakan kendaraan pribadi.

"Buat saya perlu ada fase enam bulan yang tersubsidi maksimal dengan ABPD DKI kan gede, supaya transisi dari private transport ke public transport-nya berjalan baik," kata dia.

Dalam enam bulan, menurut dia, barulah pemerintah bisa menghitung pengguna sebenarnya dari MRT. Baru setelah itu, pemerintah bisa pelan-pelan menaikkan harga.

Hal serupa juga disampaikan oleh Hardi (40). Ia mengatakan, masih terlalu cepat bila menaikkan tarif sekarang karena kepercayaan masyarakat akan pelayanan MRT masih belum terbangun.

"Menurut saya terlalu cepat ya baru berapa lama, belum ketemu banyak kendala atau bagaimana, tetapi kalau pelayanan bisa dipertahankan boleh saja," ujar dia.

Namun, meski tarif MRT kembali normal, ia mengaku masih tetap akan menggunakan moda transportasi ini ketimbang kendaraan pribadi mengingat kondisi jalanan Jakarta yang masih macet.

Ia pun berharap pemerintah tetap memberi subsidi lenih ke moda transportasi yang di resmikan Presiden Joko Widodo pada 24 Maret 2019 itu.

"Harapannya sih kalau bisa tetap ada subsidi ya, biar pun enggak diskon 50 persen seperti sekarang," kata dia.

Sementara itu, warga DKI lainnya bernama Satrio (29) mengatakan, tarif normal MRT yang ditetapkan pemerintah sejatinya tidak terlalu mahal.

Namun, dengan diberlakukannya tarif normal, ia mengaku akan mengurangi intensitasnya menggunakan kereta tersebut.

"Tarifnya masih oke sih buat pulang balik kerja, tetapi kalau buat sekadar pergi, makan kayak, sekarang mungkin rada berat," kata dia.

Ia yang bekerja di sekitar Bundaran HI mengaku cukup sering menggunakan MRT untuk sekadar membeli makan siang di kawasan Blok M.

Baca juga: Diskon Tarif MRT Diperpanjang hingga 12 Mei 2019

PT MRT Jakarta memperpanjang penerapan diskon tarif 50 persen bagi warga yang ingin menggunakan MRT.  

Corporate Secretary Division Head PT MRT Jakarta Muhamad Kamaluddin mengatakan, diskon tarif itu diterapkan sembari menunggu keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terkait tarif baru MRT.

"Betul, masih sama 50 persen tarif sampai pengumuman berikutnya," kata Kamaluddin.

Namun, ia belum bisa memastikan sampai kapan penerapan diskon ini akan diperpanjang.

Nantinya, pihak PT MRT akan memberikan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat jika ada perubahan tarif MRT.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com