DEPOK, KOMPAS.com - Di belakang Terminal Depok, terdapat tumpukan kontainer warna-warni yang disulap menjadi gedung sekolah.
Bangunan itu adalah Sekolah Masjid Terminal Master Indonesia, tempat Karim (10), bocah kelas 3 SD yang viral itu menimba ilmu.
Tak terlalu sulit menemukan Sekolah Master. Dari Stasiun Depok Baru hanya berjarak 550 meter atau membutuhkan waktu delapan menit dengan berjalan kaki.
Bangunan Sekolah Master memanfaatkan kontainer yang disusun menjadi dua tingkat. Bagian luar kontainer digambar berbagai macam kartun warna-warni.
Baca juga: Kisah Karim Pergi Sekolah, Bangun Pukul 03.00 dan Sendirian Naik KRL dari Kemayoran ke Depok
Tidak seperti siswa pada umumnya, mereka yang belajar di sekolah Master ini banyak yang tidak mengenakan baju seragam.
Sebagian besar murid-muridnya mengenakan baju biasa dan sandal untuk mereka ke sekolah. Seperti Karim, sebelum mendapat bantuan, ia juga pergi ke sekolah tanpa seragam dan mengenakan sandal karena tak punya sepatu.
Nurohim, salah satu pendiri Sekolah Master ini mengatakan, sekolah ini memang dibangun khusus bagi anak duafa, anak terjerat hukum, hingga anak jalanan yang memiliki kemauan untuk belajar.
Tentu saja, mereka yang bersekolah di sini tak dipungut biaya sepeser pun alias gratis.
Baca juga: Karim Bocah SD Kini Tak Perlu Bangun Pukul 03.00 untuk ke Sekolah...
Sekolah Master awalnya dibangun pada tahun 2000 atas dasar keprihatinan terhadap anak-anak jalanan yang tak dapat bersekolah lantaran tak memiliki biaya yang cukup.
“Awalnya saya dari prihatinan melihat anak-anak jalanan yang luntang lantung di jalanan sehingga saya mencari alternatif bagaimana mereka (anak jalanan) punya wadah pendidikan,” ujar Nurohim saat dihubungi Kompas.com, Jumat (3/5/2019).
Pada awalnya, bangunan sekolah ini terbuat dari triplek. Meski belum sebagus sekarang, saat itu sudah banyak anak-anak jalanan yang antusias mengikuti kegiatan belajar.
“Sekarang aja jumlah siswa di kita gabungan SD, SMP, dan SMA ada lebih dari 2.000 siswa,” ucap Rohim.
Baca juga: Di Sekolah Master, Nilai Tes Akselerasi Pengamen Masuk UI Memuaskan
Di sekolah ini, Karim masuk pukul 06.30 dan pulang pukul 12.00. Karim senang dapat bersekolah di sana dan pantang malas ke sekolah.
“Kalau jadi tentara tidak boleh malas, kak, makanya aku suka belajar di sekolah dan belajar di rumah,” ucap Karim saat ditemui Kompas.com di sekolahnya, Selasa (30/4/2019).
Rohim melanjutkan, pengajar di sekolah ini pun merupakan relawan yang mayoritasnya mahasiswa di universitas di kawasan Depok.
Baca juga: Semangat Karim Bersekolah untuk Jadi Tentara yang Berbuah Manis...
"Guru tetap sekitar 100, relawan pendamping tamu ada 200-an. Ada yang alumni sini, ada juga mahasiswa dari Kampus Gundar, UNJ, dan UI banyak yang ngajar di sini sebagai bentuk pengabdian tanpa digaji,” ucapnya.
Sekolah Master Indonesia ini juga dilengkapi dengan fasilitas perpustakaan, ruang laboraturium, sarana bermain, hingga balai latihan kerja untuk praktik magang siswa.
Ia berharap dengan adanya sekolah ini, anak-anak jalanan maupun mereka yang tidak mampu dapat sekolah yang layak dan menjadi generasi penerus bangsa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.