DEPOK, KOMPAS.com - “Berbukalah dengan yang manis, semanis dodol Depok” begitulah Rokiyah mempromosikan dodolnya saat bulan Ramadhan.
Dodol merupakan salah satu makanan yang sering dicari ketika buka puasa selain kurma dan blewah.
Apalagi, bagi orang Betawi. Menurut Rokiyah, bagi orang Betawi, dodol seolah jadi makanan wajib disajikan saat Lebaran.
Rokiyah juga mengatakan, dodol yang dijualnya dengan merek "Harum" cenderung lebih banyak dibeli pada bulan Ramadhan.
Saat ditemui Kompas.com, Senin (6/5/2019), Rokiyah (62) tengah mengaduk adonan dodol yang ada di kuali besar di kediamannya di Jalan Kukusan Raya, Beji, Depok.
Rumah Rokiyah sekaligus menjadi pabrik pembuatan dodol.
Baca juga: Jokowi-Maruf Kampanye Lewat Dodol Garut
Wanita yang tak muda lagi umurnya itu tak berhenti mendorong alat pengaduk adonan kecokelatan yang berada di dalam kali.
Gerakannya maju mundur di tengah kepulan asap dari pembakaran kayu di bawah kali tersebut.
Di sudut lain, beberapa pekerja memotong dan mengemas dodol ke dalam plastik dan besek. Mereka tak kalah sibuk dengan pekerja di bagian produksi.
Adonan dodol yang telah diangkat dari kuali kemudian didinginkan dan disimpan dalam mangkok-mangkok. Setelah menggumpal, adonan dodol itu kemudian dikemas para pekerja.
“Sudah banyak banget yang pesan kalau buat Lebaran, sudah ada puluhan pelanggan kali ya. Di puasa ini juga ada aja si yang pesan,” ucap Rokiyah di kediamannya.
Dodol milik Rokiyah ini juga banyak dipesan oleh pejabat-pejabat Kota Depok saat hajatan maupun Lebaran, misalnya Wali Kota Depok Mohammad Idris, Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna, dan pejabat DPRD Depok, maupun pejabat dinas-dinas Pemkot Depok.
“Pejabat-pejabat biasanya kalau pesan banyak-banyak, sampai kadang ada yang satu kuali kayak Pak Pradi,” ucap Rokiyah sambil meletakkan dodolnya ke baskom-baskom.
Baca juga: Ke Garut, SBY Belanja Keripik Kentang hingga Dodol Picnic
Ia mengatakan, permintaan produknya melonjak saat puasa dan menjelang Lebaran.
“Kalau hari biasa mengaduk paling enam atau tujuh kuali sehari, kalau puasa bisa dua puluh tujuh kuali per hari," kata dia.
Dari satu kuali, katanya, produksi dodol yang dihasilkan mencapai 35 kilogram. Dengan 27 kuali saat Ramadan, produksi Dodol Rokiyah meningkat menjadi 900 kilogram per hari.
Sementara itu, Rokiyah hanya memiliki 10 kuali. Untuk itu, proses pengadukan dilakukan dua kali pada masing-masing 10 kuali yang tersedia.
Setiap Lebaran, dapur dodol Harum ini membutuhkan 7 tenaga musiman yang khusus mengaduk adonan dan mengemeas dodol tersebut.
Silaturahim tak putus
Dodol Betawi yang dijual Rokiyah merupakan dodol orisinal khas Depok. Bahan utama dodol buatannya yakni santan, kelapa, tepung, dan gula merah.
“Gulanya harus gula asli, ketan ya ketan hitam tidak ada campuran apa-apa,” ucap dia.
“Teksturnya yang mungkin beda dari kita ya, dodol tuh enaknya dimakan legit tidak keras. Buatan kita juga tahan lama sampai sebulananlah,” ucap dia.
Baca juga: Obat Keras Tramadol Dijual Bebas dengan Sebutan Dodol di Tanah Abang
Saat Ramadhan, Rokiyah mengaku omzetnya meningkat dari hari biasanya.
Biasa omzet yang didapatkannya Rp 5-6 juta per bulan, tetapi saat bulan puasa keuntungannya meningkat menjadi RP 70 juta per bulan.
“Kita jualnya dengan harga Rp 80.000 per kilogram karena banyak yang pesan sehingga omzet kita meningkat,” ucap dia.
Rokiyah juga bercerita soal dodol "Harum" yang bentuknya bulat. Menurut dia, bentuk bulat dodol itu melambangkan tali silaturahmi yang tak pernah putus seperti lingkaran.
Pembuatan dodol juga melambangkan gotong-royong dan tolong-menolong. Sebab, dodol tidak bisa dimasak sendirian.
Demikian juga saat menyantap dodol, akan lebih enak jika dinikmati bersama keluarga saat berbuka puasa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.