Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serunya Permainan Engklek di Trotoar Jakarta...

Kompas.com - 13/05/2019, 11:58 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Komunitas Koalisi Pejalan Kaki membuat sebuah eksperimen dengan menggambar permainan engklek atau sunda manda di trotoar Dukuh Atas, Jakarta Pusat.

Pelaksanaan eksperimen ini dipantau menggunakan kamera dari ketinggian. Dari hasil pantauan itu, diketahui banyak pejalan kaki yang mencoba  menggunakannya, sebagaimana diunggah akun Instagram @koalisipejalankaki.

Saat dibhubungi Kompas.com Senin (13/5/2019) pagi, Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus menyebutkan mengenai ide awal pembuatan eksperimen permainan lawas di trotoar ibu kota ini.

"Jadi begini, salah satu ide itu sebenarnya muncul ketika ada sebuah permainan, yang dulu sudah lama, sudah jarang sekali, dan itu memang erat dengan pejalan kaki sebenarnya. Kami coba kembalikan ingatan masyarakat," kata Alfredo.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Koalisi Pejalan Kaki (@koalisipejalankaki) on May 10, 2019 at 3:19am PDT

 

Ia melihat mobilitas para pejalan kaki yang kebanyakan lahir dari tahun '80-an dan  '90-an, saat ini banyak disibukkan dengan gawai atau gadget yang ada di tangan. Hal itu dinilai menghilangkan esensi jalan kaki yang sebenarnya.

"Mobilitas masyarakat di Jakarta itu sekarang ini masyarakat Jakarta sudah banyak sekali dengan hiruk-pikuk gadget-nya. Apakah masih ngeh dengan permainan seperti ini yang memang itu sudah dilakukan tanpa adanya beban," ujar Alfredo.

Baca juga: Koalisi Pejalan Kaki: Jangan Sampai Semua Akses Lewat Skybridge, Itu Salah...

Eksperimen ini dilakukan Jumat (10/5/2019) kemarin dan direncanakan akan diadakan selama tiga jam, sejak pukul 15.00 hingga tiba waktu berbuka puasa.

"Kita eksperimennya maunya cuma tiga jam ya, mulai dari pukul 15.00 sampai berbuka puasa, tadinya. Dan kami sudah siapkan lap basah sebenernya untuk menghilangkan. Cuma begitu kami pulang, malamnya langsung hujan," kata Alfredo.

Karena hanya sebentar, ia mengaku banyak orang yang menanyakan keberadaan permainan lawas itu untuk juga mencobanya. Namun apa boleh buat, kotak permainan engklek itu hanya terbuat dari kapur dan sudah hilang terguyur hujan.

Proses pembuatan engklek atau sunda manda ini menggunakan kapur berwarna, sehingga sewaktu-waktu dapat dengan mudah dihilangkan atau dibuat kembali. Penggunaan kapur, juga menjadi cara komunitas ini menghindari aksi vandalisme.

"Kami enggak bisa pakai cat permanen karena itu nanti kategorinya vandalisme atau apa gitu ya. ‘Tolong diperbanyak di setiap trotoar’, ya saya bilang kami mendorong saja ke Pemprov-nya agar itu dilakukan, bisa dipermanenkan di setiap trotoar," kata Alfredo.

Hasil yang didapat, banyak pejalan kaki merasa bahagia dan senang memanfaatkan hiburan sederhana itu.

"Ternyata masyarakat perlu hiburan yang simpel, yang bikin mereka bahagia, yang bikin mereka ceria, dan ini bisa menimbulkan masyarakat untuk lebih berjalan kaki. Hal-hal seperti ini yang coba kita tumbuhkan," ujar Alfredo.

Permainan masa lalu di trotoar jalan ini terbukti menarik antusias para pejalan kaki. Banyak pula di antara mereka yang mengaku berhasil menghilangkan stres setelah seharian berkutat dengan pekerjaan di kantor.

"Yang mencoba itu ternyata ada juga yang komen di Instagram itu ‘stres saya langsung hilang begitu pakai’. Tapi karena itu pakai kapur, malamnya hujan, jadi hilang," ucapnya.

Baca juga: Agar Anak-anak Masa Kini Kenal Enggrang, Gobak Sodor, dan Engklek...

Selain memiliki nilai nostalgia, engklek juga dipilih atas pertimbangan kemudahan penerapannya.

"Salah satu permainan yang tidak perlu susah dan itu bisa langsung bikin pejalan kaki bahagia dan ceria, dan juga menghilangkan stres," kata Alfredo.

Setelah sukses dilaksanakan, Alfredo mengaku akan kembali membuat eksperimen yang sama di JPO Gelora Bung Karno, Jumat depan. Entah masih mengusung engklek sebagai medianya, atau permainan daerah lain yang cocok dengan kegiatan pejalan kaki.

"Itu nanti di kawasan bawah JPO dekat Gelora Bung Karno, kan volume (pejalan kaki)-nya tinggi. Masih tetap sunda manda kalau kami tidak nemu permainan yang lama yang memang simpel," ucap Alfredo.

Untuk itu, Koalisi Pejalan Kaki menyampaikan usulnya kepada Pemerintah DKI Jakarta untuk dapat membuat program serupa yang sifatnya lebih permanen.

"Saya berharap, teman-teman dari Dinas Pariwisata bisa men-develop ini di DKI Jakata, karena kalau komunitas kan nanti wewenangnya apa, tapi lebih bagus Dinas Pariwisata mempermanenkan ini atau Pemprov DKI Jakarta, atau Pak Anies Baswedan," kata Alfredo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Duduk Perkara Penganiayaan 4 Warga Sipil oleh Oknum TNI di Depan Polres Jakpus

Megapolitan
45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

45 Orang Jadi Korban Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi di Bekasi, Kerugian Capai Rp 3 Miliar

Megapolitan
Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Telan Anggaran Rp 113 Miliar, Bima Arya Harap Masjid Agung Bogor Jadi Pusat Perekonomian

Megapolitan
Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Driver Taksi Online Diduga Berniat Culik dan Rampok Barang Penumpangnya

Megapolitan
TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

TNI AD Usut Peran Oknum Personelnya yang Aniaya 4 Warga Sipil di Jakpus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com