Sebab, dari tanggapan warga yang ia temui, tersirat keadaan jika umumnya blusukan para caleg diwakilkan oleh tim pemenangan.
"Saya kurang tahu sih, kalo dari tanggapan warga, mungkin biasanya ada beberapa bukan calegnya langsung tapi timnya. Kalau saya pikir, yang mau jadi wakil rakyat kan saya, bukan tim. Lagi pula, takutnya ada miskomunikasi ketika saya atau tim yang ngomong," ia menjelaskan.
Ima menaksir sebanyak 40 persen pemilihnya datang dari kalangan akar rumput yang ia jenguk saban hari.
Hindari politik uang
Ia menampik jika dirinya pernah memberi uang sembako hingga serangan fajar guna mengamankan suara dari pemilih akar rumput. Sebagai gantinya, Ima memilih jalan advokasi.
"Kita juga enggak kasih uang sembako atau serangan fajar dan sejenisnya. Saya selalu tanya ke mereka, apakah Bapak dan Ibu mau suara untuk lima tahun dibeli hanya Rp 100.000? Jumlah 40 persen itu diraup dari hasil blusukan itu, kadang saya juga bantu advokasi mereka kalau ada kesulitan BPJS atau KJP, dibantu sama tim saya," ujarnya.
Sedangkan sisa 60 persen pemilihnya, dalam perkiraan Ima, merupakan kalangan menengah ke atas yang kepincut usai mendapatkan informasi yang beredar di media sosial.
Baca juga: Di Kampung Ahok dan Yusril, Pasangan Jokowi-Maruf Menang Tebal
Menurutnya, tak mungkin mengesampingkan media sosial sebagai corong kampanye, sehingga Ima turut "kampanye di Facebook, Twitter, untuk memaksimalkan pemilih-pemilih di Dapil 10 Jakarta Barat".
"Menengah ke atas itu 60 persen. Mungkin banyak juga kelas menengah atas yang dapat info dari medsos, mereka yang enggak bisa kita jangkau. Soalnya, saya menjangkaunya kalangan bawah, grassroot yang benar-benar padat penduduk," kata Ima soal ampuhnya media sosial sebagai alat kampanye.
Figur Ahok, kegiatannya blusukan, dan mengelola media sosial, pada akhirnya menjadi racikan resep yang amat ampuh buat meraup suara bagi Ima yang notabene politisi belia.
Sarjana Hubungan Internasional Universitas Paramadina ini mengaku sempat kaget dengan perolehan suaranya yang jauh melampaui ekspektasi.
"Awalnya ekspektasi saya di target sekitar 15.000 suara. Jadi saya targetin ke tim saya di kelurahan, satu kelurahan 500-an lah harus bisa dapet. Nyatanya dua kali lipat saya juga kaget ini suara dari mana, kalau bukan dari media sosial?" tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.