JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan staf Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Ima Mahdiah berbagi resep yang sukses memboyongnya duduk di kursi DPRD DKI Jakarta.
Sebelumnya, Ima yang diusung PDI-P diketahui berhasil meraup 30.591 suara dari Dapil 10 Jakarta Barat pada Pemilu 2019.
Hasil itu menempatkannya bercokol di posisi teratas, mengungguli caleg-caleg lain yang diusung PDI-P di dapil tersebut. Padahal, perempuan 27 tahun ini bisa dibilang wajah baru dalam kancah politik Ibu Kota.
Resep kesuksesan yang paling manjur bagi Ima yakni kedekatannya dengan Ahok. Menurut dia, Ahok memainkan peran sentral yang muskil dikesampingkan.
"Pertama, menurut saya (karena) Pak Ahok, ya," ucap Ima ketika dihubungi, Senin (13/5/2019) malam.
"Pak Ahok dirasa paling besar pengaruhnya, karena masyarakat merasa saya kan stafnya Pak Ahok," imbuhnya.
Baca juga: Staf Ahok hingga Anak Lulung Lolos Jadi Anggota DPRD DKI
Ima menilai jika peran Ahok bukan hanya bantu mempromosikan dirinya saat masa kampanye. Ahok memang pernah blak-blakan membagikan video tutorial memilih caleg DPRD DKI dan memperkenalkan Ima sebagai caleg yang seyogianya dicoblos. Eks Gubernur DKI itu juga pernah datang ke kampanye Ima.
Jadikan Ahok mentor politik
Namun, diakui Ima, figur Ahok kian penting lantaran pria kelahiran Belitung Timur itu merupakan mentor politiknya.
"Mentor politik saya Pak Ahok. Sudah pasti. Karena nanti pun ke depan saya akan konsultasi dengan beliau ketika di DPRD. Saya kan juga masih baru, butuh lah bimbingan dari dia," bimbingan dari dia
Dari Ahok, ia belajar pentingnya menemui konstituen secara langsung dan berkala supaya mereka dapat melihat langsung calon wakilnya di parlemen.
"Mereka selalu bilang, 'Oh, ini caleg. Kok tumben caleg turun maranin (menemui) kita?' Padahal, memang kita kan belajar dari Pak Ahok. Terus blusukan, tatap muka, yakinkan warga kalau kita ingin menjadi wakil mereka," tukasnya.
Baca juga: KPK Ingatkan Caleg Terpilih di Pemilu 2019 Tak Khianati Kepercayaan Rakyat
Soal blusukan ini, Ima mengklaim dirinya dan tim tak pernah melewatkan satu hari pun tanpa blusukan di dapilnya yang meliputi Kecamatan Kembangan, Kebon Jeruk, Palmerah, Grogol Petamburan, dan Tamansari.
Bahkan, selama masa kampanye, dia bisa blusukan ke tiga titik berbeda dalam satu kelurahan. Fokusnya menemui kalangan akar rumput.
Ima pun ogah kegiatan blusukannya diwakili oleh tim pemenangan. Hal ini boleh jadi suatu nilai lebih yang akhirnya memuluskan langkah Ima ke kursi parlemen Ibu Kota.
Sebab, dari tanggapan warga yang ia temui, tersirat keadaan jika umumnya blusukan para caleg diwakilkan oleh tim pemenangan.
"Saya kurang tahu sih, kalo dari tanggapan warga, mungkin biasanya ada beberapa bukan calegnya langsung tapi timnya. Kalau saya pikir, yang mau jadi wakil rakyat kan saya, bukan tim. Lagi pula, takutnya ada miskomunikasi ketika saya atau tim yang ngomong," ia menjelaskan.
Ima menaksir sebanyak 40 persen pemilihnya datang dari kalangan akar rumput yang ia jenguk saban hari.
Hindari politik uang
Ia menampik jika dirinya pernah memberi uang sembako hingga serangan fajar guna mengamankan suara dari pemilih akar rumput. Sebagai gantinya, Ima memilih jalan advokasi.
"Kita juga enggak kasih uang sembako atau serangan fajar dan sejenisnya. Saya selalu tanya ke mereka, apakah Bapak dan Ibu mau suara untuk lima tahun dibeli hanya Rp 100.000? Jumlah 40 persen itu diraup dari hasil blusukan itu, kadang saya juga bantu advokasi mereka kalau ada kesulitan BPJS atau KJP, dibantu sama tim saya," ujarnya.
Sedangkan sisa 60 persen pemilihnya, dalam perkiraan Ima, merupakan kalangan menengah ke atas yang kepincut usai mendapatkan informasi yang beredar di media sosial.
Baca juga: Di Kampung Ahok dan Yusril, Pasangan Jokowi-Maruf Menang Tebal
Menurutnya, tak mungkin mengesampingkan media sosial sebagai corong kampanye, sehingga Ima turut "kampanye di Facebook, Twitter, untuk memaksimalkan pemilih-pemilih di Dapil 10 Jakarta Barat".
"Menengah ke atas itu 60 persen. Mungkin banyak juga kelas menengah atas yang dapat info dari medsos, mereka yang enggak bisa kita jangkau. Soalnya, saya menjangkaunya kalangan bawah, grassroot yang benar-benar padat penduduk," kata Ima soal ampuhnya media sosial sebagai alat kampanye.
Figur Ahok, kegiatannya blusukan, dan mengelola media sosial, pada akhirnya menjadi racikan resep yang amat ampuh buat meraup suara bagi Ima yang notabene politisi belia.
Sarjana Hubungan Internasional Universitas Paramadina ini mengaku sempat kaget dengan perolehan suaranya yang jauh melampaui ekspektasi.
"Awalnya ekspektasi saya di target sekitar 15.000 suara. Jadi saya targetin ke tim saya di kelurahan, satu kelurahan 500-an lah harus bisa dapet. Nyatanya dua kali lipat saya juga kaget ini suara dari mana, kalau bukan dari media sosial?" tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.