JAKARTA, KOMPAS.com - H-1 Lebaran di Stasiun Senen, Jakarta Pusat tampak begitu padat.
Suara riuh announcer mengingatkan para penumpang yang akan naik ke kereta api terus terdengar.
Para pemudik terus berlalu-lalang membawa tas-tas besar, koper, kardus besar. Sebagian bahkan ada yang sambil menggendong anaknya.
Di tengah orang lalu lalang tampak para pria mengenakan kemeja oranye dengan punggung belakangnya bertuliskan "Porter".
Baca juga: Kereta Purwokerto-Pasar Senen Anjlok di Sekitar Stasiun Nagreg
Para porter tampak menawarkan bantuannya pada pemudik yang membawa barang-barang berat.
Saat ditemui, salah seorang porter bernama Sugianto tengah menawarkan ke pemudik untuk dibawakan barangnya.
"Mau kemana bu, boleh saya bantu, Bu," ucap Sugianto ke penumpang kereta sambil tersenyum sumringah.
Setelah membantu, ia nampak kembali ke tempat pemberangkatan penumpang sambil mengamati sejumlah penumpang yang membawa barang bawaan berat.
Baca juga: Cerita Staf Khusus Gubernur Pemprov DKI yang Ketinggalan Pesawat Lion Air
Meski tidak lagi muda, Sugianto yang saat ini berumur 55 tahun mengaku masih kuat membawa barang-barang berat.
Laki-laki yang sudah menggeluti pekerjaan selama 20 tahun ini menganggap pekerjaannya adalah salah satu bentuk amal terhadap orang lain.
"Iya saya sih bawa senang aja ya, kan setiap pekerjaan dibawa senang pasti akan mudah," ucap Sugianto di Stasiun Senen, Jakarta Pusat, Selasa (4/6/2019).
Sugianto mengaku, kerja sebagai porter untuk menghidupi istri dan dua anaknya yang tinggal di Dieng, Malang.
Baca juga: H-1 Lebaran, Stasiun Senen Dipadati Pemudik
"Kalau saya tidak bekerja begini, saya kerja apa lagi. Cari kerja kan susah," ucapnya.
Meski penghasilannya sehari-hari tak menentu, Sugianto mengatakan, dirinya tak pernah sedikit pun merasa kurang.
"Ngapain bilang kurang ke penumpang, namanya juga niatnya kerjanya sambil nolong orang ya. Dikasih syukur tidak yaudah," ucapnya.
Tiap Lebaran, Sugianto mengaku dirinya tak pernah ikut berkumpul bersama keluarga di Dieng.
Ia tak menampik jika penghasilan yang ia dapat bisa dua kali lipat dibandingkan hari biasa.
Baca juga: Mudik Lebaran, Penumpang Datang 5 Jam Lebih Awal di Stasiun Pasar Senen
Biasanya dalam sehari ia dapat menghasilkan uang sebesar Rp 150.000 per hari, kini ketika lebaran bisa mendapatkan sebanyak Rp 300.000 per hari.
"Tidak pernah namanya juga kerja begini, yang penting bisa buat anak sekolah sama beli baju Lebaran keluarga di kampung," ucapnya.
Ia mengaku terpaksa harus menunda mudiknya terlebih dahulu karena masih bekerja sama lebaran mendatang.
Untuk melepas rindunya, Surdianto biasanya video call istri dan anaknya di Tegal.
Ia juga belum memastikan kapan dirinya dapat pulang kampung bertemu keluarganya.
"Belum tahu sih mbak, palingan bulan depan sampai arus mudik selesai. Kalau saya kangen sih biasanya video call atau telepon cerita keadaan di sini," ucapnya.
Surdianto mengatakan, menjadi seoranh porter bukanlah tugas yang gampang apalagi dibulan puasa.
Baca juga: Cerita Warga soal Kegiatan di Padepokan Winardi yang Mengaku Imam Mahdi
Sebab ia harus menahan lelah naik turun tangga sambil mengangkat beban yang berat.
"Capek sih apalagi kalau lagi bulan puasa terus cuacanya panas pasti kerasa banget. Tapi ya kita mah kuat-kuatin aja sih kalau capek ya istirahat bentar," ucapnya.
Ia mengatakan, tak ada patokan tarif yang diberikan bagi penumpang yang ia tolong.
"Bebas mereka mau kasih berapa, saya terima. Tapi memang kadang ada yang kasih Rp 20.000 ada juga Rp 30.000. Ya lumayan lah kalau buat makan," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.