Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jajal MRT Pertama Kali, Ini Komentar Anggota Komisi V DPR

Kompas.com - 02/07/2019, 16:29 WIB
Cynthia Lova,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi V DPR RI Bambang Haryo Soekartono mengapresiasi kehadiran Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta.

Hal itu diungkapkannya usai mencoba naik MRT untuk pertama kalinya dengan rute Bundaran HI - Lebak Bulus pada Selasa (2/7/2019).

Bambang mengatakan, MRT merupakan salah satu solusi untuk mengurai kemacetan Jakarta yang selama ini selalu menjadi problematika Ibu Kota.

"Pembangunan MRT salah satu bagian dari transportasi yang aman dan massal, sehingga diharapkan bisa mengurangi kemacetan dan membantu pergerakan masyarakat menjadi lebih cepat," ujar Bambang di dalam MRT, Bunderan HI, Jakarta Pusat, Selasa (1/7/2019).

Bambang menilai, pelayanan dan fasilitas yang tersedia sudah memadai. Namun, yang menjadi tantangan adalah mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi tersebut.

“Ini yang perlu diperbaiki adalah dorongan untuk minat masyarakat karena kita masih punya target 120.000 dari sekarang ini sudah sampai 90.000. Jadi biasanya masyarakat ini hanya sekadar mencoba transportasi baru, jangan sampai terjadi seperti itu,” ucapnya.

Ia mengatakan, pemerintah daerah maupun pemerintah pusat harus bekerja sama mendorong masyarakat untuk menggunakan MRT.

Ia membandingkan target MRT dengan commuterline.

“Memang 120.000 itu targetnya sangat kecil dibandingkan dengan mobilitas masyarakat Jakarta yang dari point ke point yang ada sekarang ini. Sementara mobilitas kereta commuterline itu bisa sampai 1,2 juta per hari. Jadi ini tantangan untuk pemerintah kota supaya kemacetan bisa kita hindarkan di jalan raya,” tambahnya.

Untuk meningkatkan jumlah penumpang, Bambang mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. Misalnya, mengkoneksikan seluruh moda transportasi dengan moda MRT.

“Jadi pas kereta berhenti tentu bus harus sudah siap di situ. Lalu kalau bisa MRT dapat conect dengan commuterline, kereta bandara, dan transportasi laut. Sehingga semua mudahkan masyarakat,” ujarnya.

Ia juga mengomentari, kurangnya tanda penunjuk arah di stasiun-stasiun membuat sejumlah penumpang kebingungan.

Hal lain, harga tiket MRT dari Stasiun Bundaran HI ke Stasiun Lebak Bulus seharga Rp 15.000 dinilai mahal.

Untuk itu, ia menyarankan pihak MRT mencari banyak sponsor untuk mensubsidi harga tiket.

“Menurut saya tarif MRT saat ini masih terlalu mahal dari Lebak Bulus ke sananya (HI). Mungkin bisa diturunin lagi harga tarifnya dengan cara memperbanyak sponsor. Idealnya untuk menaiki MRT maksimum tidak boleh lebih dari 100 persen dari BRT (Bus Rapit Transit). Itu standarisasinya,” ucapnya.

“Kalau transportasi itu massal harusnya biayanya lebih murah dari bus apalagi bisa mengangkut dalam jumlah yang lebih banyak. Tapi tolong dianilisis daya beli masyarakat terutama pekerja-pekerja yang tiap hari naik MRT, bagaimana traffic-nya apakah naik atau turun,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadi Tukang Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Bakar Bisa Bikin Rumah dan Biayai Sekolah Anak hingga Sarjana

Jadi Tukang Ojek Sampan di Pelabuhan Sunda Kelapa, Bakar Bisa Bikin Rumah dan Biayai Sekolah Anak hingga Sarjana

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Naik, Pedagang: Mungkin Belum Masa Panen

Harga Bawang Merah di Pasar Perumnas Klender Naik, Pedagang: Mungkin Belum Masa Panen

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembegal Motor Warga yang Sedang Cari Makan Sahur di Bekasi

Polisi Tangkap Pembegal Motor Warga yang Sedang Cari Makan Sahur di Bekasi

Megapolitan
Tertipu Program Beasiswa S3 di Filipina, Korban Temukan Berbagai Kejanggalan

Tertipu Program Beasiswa S3 di Filipina, Korban Temukan Berbagai Kejanggalan

Megapolitan
Heru Budi Minta Kadis dan Kasudin Tingkatkan Pengawasan Penggunaan Mobil Dinas oleh ASN

Heru Budi Minta Kadis dan Kasudin Tingkatkan Pengawasan Penggunaan Mobil Dinas oleh ASN

Megapolitan
Usai Dicopot, Pejabat Dishub DKI yang Pakai Mobil Dinas ke Puncak Tak Dapat Tunjangan Kinerja

Usai Dicopot, Pejabat Dishub DKI yang Pakai Mobil Dinas ke Puncak Tak Dapat Tunjangan Kinerja

Megapolitan
Harga Cabai Rawit di Pasar Perumnas Klender Turun Jadi Rp 40.000 Per Kilogram Setelah Lebaran

Harga Cabai Rawit di Pasar Perumnas Klender Turun Jadi Rp 40.000 Per Kilogram Setelah Lebaran

Megapolitan
Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Rp 22 Miliar, Fraksi PKS: Biar Nyaman Jadi Kantor Kedua

Dukung Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Rp 22 Miliar, Fraksi PKS: Biar Nyaman Jadi Kantor Kedua

Megapolitan
Harga Bawang Putih di Pasar Perumnas Klender Masih Stabil dari Sebelum Lebaran

Harga Bawang Putih di Pasar Perumnas Klender Masih Stabil dari Sebelum Lebaran

Megapolitan
PSI DKI Ingatkan Heru Budi soal Keberadaan Biro Jasa Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung

PSI DKI Ingatkan Heru Budi soal Keberadaan Biro Jasa Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung

Megapolitan
Penampilan Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Palsu TNI yang Kini Berbaju Tahanan

Penampilan Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Palsu TNI yang Kini Berbaju Tahanan

Megapolitan
Gerindra Mulai Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor untuk Pilkada 2024

Gerindra Mulai Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor untuk Pilkada 2024

Megapolitan
DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

DBD di Jaksel Turun Drastis, dari 507 Menjadi 65 Kasus per April 2024

Megapolitan
Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Dalam Rapat LKPJ 2023, Heru Budi Klaim Normalisasi Berhasil Atasi Banjir Jakarta

Megapolitan
Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Pria di Bekasi Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com