JAKARTA, KOMPAS.com - Di atas tanah yang ditutupi ribuan cangkang kerang terlihat belasan ibu-ibu duduk di kursi kayu berukuran mini.
Mereka duduk secara berkelompok, mengelilingi gundukan kerang-kerang yang tampak basah, tanda belum lama diangkat dari perairan.
Tanpa banyak bicara antara satu dengan yang lain, tangan mereka terus bergerak mengeluarkan daging-daging dari kerang bercangkang hijau. Daging itu dimasukkan ke dalam sebuah jeriken yang di buka bagian tengahnya.
Setiap mereka bergerak terdengar bunyi krek dari cangkang rapuh yang mereka himpit di bawah kursi pecah.
Suasana itulah yang tergambar saat berkunjung ke Kampung Kerang Hijau, Muara Angke, Penjaringan Jakarta Utara. Kawasan ini merupakan sentra pengolahan kerang hijau yang ada di bibir pantai utara Jakarta.
Sarinah (43) salah seorang pengupas kerang hijau di lokasi tersebut mengaku sudah berpuluh tahun menggeluti pekerjaan ini.
Baca juga: Penjelasan Ahli soal Kerang Hijau Teluk Jakarta yang Berbahaya
"Udah lama banget, udah berapa tahun gitu dari anak saya kecil dulu sekarang anaknya udah 19 tahun," kata Sarinah saat ditemui Kompas.com, Kamis (4/7/2019) sore.
Puluhan tahun bekerja sebagai buruh pengupas kerang ia merasa bahwa pendapatannya terus menurun. Bahkan saat ini kegiatan tersebut tak bisa lagi disebutnya sebagai profesi, melainkan hanya sebatas pengisi waktu segang.
Sejatinya, kata Sarinah, upah mereka saat ini jauh lebih tinggi ketimbang saat ia baru bekerja sebagai buruh pengupas kerang.
"Ngitung (upah)-nya sesuai rebusan, satu tong (ukuran 22 liter) dapat Rp 30.000. Kalau dulu banget sih murah paling Rp 7.000, Rp 8.000 per satu tong," ucapnya.
Namun, jumlah kerang hijau yang dipanen para nelayan saat ini jauh lebih sedikit dibanding dulu.
Sebagai perbandingan, dulu setiap harinya Sarinah bisa mulai mengupas kerang dari pukul 03.00 dini hari hingga pukul 00.00 WIB. Sekarang, ia biasa mulai dari pukul 11.00 WIB dan selesai saat Maghrib.
Panen kerang hijau saat ini tidak dilakukan setiap hari oleh nelayan. Bahkan ia pernah merasakan tidak mengupas kerang selama dua bulan karena tak ada kerang yang di panen.
"Kalau dulu tiap hari sih ada, belum selesai ada lagi datang, sekarang mah boro-boro," ujarnya.
Selain sedikitnya jumlah panen kerang saat ini, ia juga menyebutkan bahwa ukuran kerang saat ini cendrung kecil-kecil. Hal itu membuat ia harus bekerja ekstra untuk memenuhi tong yang sudah disedikan pemilik usaha kerang hijau tersebut.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.