Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG: DKI Berpotensi Kemarau Ekstrem

Kompas.com - 05/07/2019, 14:11 WIB
Sandro Gatra

Editor

Sumber Antara

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, puncak musim kemarau di DKI Jakarta diperkirakan terjadi hingga September 2019. Kondisi ini berpotensi terjadinya kemarau ekstrem.

"Periode kemarau tahun ini diprediksi lebih kering, melihat puncaknya terjadi Agustus-September, masih sangat berpeluang ekstrem," kata Kepala Staf Sub Bidang Analisis Informasi Iklim BMKG Pusat, Adi Ripaldi saat dihubungi di Jakarta, Jumat (5/7/2019), seperti dikutip Antara.

Sebelumnya, BMKG telah memprakirakan awal musim untuk wilayah DKI Jakarta tahun ini mengalami keterlambatan dibanding rata-rata 30 tahunannya.

Baca juga: BMKG: September Puncak Kekeringan di DKI, Pemprov Harus Bersiap

Biasanya awal musim kemarau dimulai April, tetapi tahun ini dimulai akhir Mei dan Juni.

Keterlambatan ini terjadi karena pengaruh perubahan putar balik arah angin barat pada musim hujan dan angin timur pada musim kemarau.

Sementara itu, berdasarkan pemantauan hari tanpa hujan (HTH) sebagian besar wilayah DKI Jakarta telah mengalami kemarau dengan jumlah hari tanpa hujan antara 21 sampai 30 hari.

Berdasarkan pengukuran BMKG, HTH 21 sampai 30 hari tersebut masuk kriteria HTH panjang artinya sudah 21 sampai 30 hari tidak ada hujan.

Baca juga: Warga Muara Baru Mengeluh Sumur Mengering

BMKG juga mencatat wilayah Jakarta Utara berstatus siaga kekeringan, terdapat dua wilayah yang jumlah hari tanpa hujannya antara 31-60 hari atau kategori HTH sangat panjang.

"Hari tanpa hujan berdasarkan monitoring di wilayah sudah lebih 30-60 hari, yakni Rawa Badak dan Rorotan," kata Ripaldi.

Ripaldi menyebutkan, wilayah DKI Jakarta pernah mengalami kemarau ekstrem pada tahun 2015. Kategori ekstrem terjadi apabila hujan tidak turun selama lebih dari 60 hari.

"Tahun 2015 lalu pernah 90 hari tanpa hujan," kata Ripaldi.

BMKG akan terus memantau hari tanpa hujan di seluruh wilayah DKI Jakarta menggunakan alat penakar hujan yang tersebar di setiap kecamatan.

Total ada 6.607 alat penakar hujan yang berfungsi mengukur hujan setiap harinya di wilayah DKI Jakarta.

"Kita akan pantau sampai puncak musim kemarau (September) untuk memastikan ini kemarau ekstrem," kata Ripaldi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Megapolitan
Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Kehebohan Warga Rusun Muara Baru Saat Kedatangan Gibran, Sampai Ada yang Kena Piting Paspampres

Megapolitan
Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Remaja Perempuan di Jaksel Selamat Usai Dicekoki Obat di Hotel, Belum Tahu Temannya Tewas

Megapolitan
Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP Agar Lebih Tepat Sasaran

Gibran Janji Akan Evaluasi Program KIS dan KIP Agar Lebih Tepat Sasaran

Megapolitan
Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Berkunjung ke Rusun Muara Baru, Gibran Minta Warga Kawal Program Makan Siang Gratis

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget 'Papi Chulo' hingga Terjerat Narkoba

Rekam Jejak Chandrika Chika di Dunia Hiburan: Dari Joget "Papi Chulo" hingga Terjerat Narkoba

Megapolitan
Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Remaja Perempuan Tanpa Identitas Tewas di RSUD Kebayoran Baru, Diduga Dicekoki Narkotika

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

[POPULER JABODETABEK] Pedagang di Pasar Induk Kramatjati Buang Puluhan Ton Pepaya | Tante di Tangerang Bunuh Keponakannya

Megapolitan
Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com