Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkenalan dengan Yeni, Polwan Penerjun Payung pada Puncak HUT ke-73 Bhayangkara

Kompas.com - 10/07/2019, 13:43 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada yang tak biasa dari langit Jakarta pada Rabu (10/7/2019) pagi. Sekitar sembilan penerjun payung tampak menghiasi langit Jakarta di kawasan Monumen Nasional (Monas). Aksi mereka merupakan bagian dari peringatan HUT ke-73 Bhayangkara. 

Salah satu penerjun tersebut adalah Brigadir Yeni Hermilah. Dia adalah anggota pasukan gegana Korbrimob Polri. Usianya baru 32 tahun, tetapi pengalamannya sebagai penerjun payung tak perlu diragukan lagi. 

Ia bergabung sebagai kelompok penerjun payung Polri sejak tahun 2007 dan pernah mengikuti latihan terjun payung di Amerika Serikat serta Malaysia. 

Baca juga: Bertugas di Polairud, Polwan Ini Mahir Kemudikan Kapal Patroli

Kepada Kompas.com, wanita yang akrab Yeni itu menceritakan pengalamannya selama bergabung sebagai anggota penerjun payung Polri. 

Yeni bercerita awalnya dia memilih menjadi anggota penerjun payung karena tuntutan tugas dari pimpinan. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai menikmati profesinya sebagai anggota polisi dan penerjun payung. 

"Awalnya sih takut (untuk menjadi penerjun payung) karena itu tuntutan tugas, perintah dari pimpinan. Tapi seterusnya malah menikmati dan senang menjalaninya. Sekarang sudah seperti hobi saja," ujar Yeni.

Saat awal bergabung sebagai tim penerjun payung, Yeni mengaku tak bisa menyembunyikan rasa takutnya setiap kali melompat dari ketinggian. Ia pun pernah melompat dari ketinggian 10.000 kaki. 

Untuk mengurangi rasa takutnya, ia memilih berdoa dan mengingat kembali teknik-teknik terjun payung yang pernah dipelajari. 

Baca juga: Bertugas di Misi Perdamaian PBB Haiti, Polwan Ini Rela Lebaran Tanpa Keluarga

"Pertama untuk mengurangi rasa takut, pasti berdoa, pasti. Terus saya me-refresh atau mengingat kembali apa yang sudah saya pelajari, apa yang sudah diajarkan senior atau pelatih," kata Yeni. 

"Saat di pesawat atau melompat, sebisa mungkin saya enggak melamun. Jadi, harus terus mengingat apa sih yang sudah dipelajari," lanjutnya. 

Selanjutnya, Yeni menjelaskan, tantangan terbesarnya saat melompat adalah kecepatan angin. Ia tak dapat memprediksi kecepatan angin yang terkadang membuat target pendaratannya menjadi meleset. 

Oleh karena itu, latihan secara rutin adalah kunci utama untuk membiasakan diri dengan kecepatan angin yang tak bisa diprediksi. 

"Kesulitannya menjadi penerjun payung itu angin. Angin ini menentukan posisi pendaratan kita. Jadi, kalau angin kencang, itu sangat mengkhawatirkan karena bisa saja kita enggak bisa mendarat sesuai target. Kalau angin kencang, kita harus bertahan di atas, karena kalau turun bisa gak sesuai target," jelasnya. 

Pengalamannya menjadi seorang penerjun payung telah memberikan kesempatan yang tak terlupakan di antaranya terjun dari ketinggian 7.000 kaki pada puncak peringatan HUT Bhayangkara ke-73 di Lapangan Monas, hari ini. 

Aksinya itu juga disaksikan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. 

Yeni mengaku gugup melakukan aksi terjun payung hari ini, tetapi tetap memberikan aksi terbaiknya. 

"Demam panggung itu pasti, kapan pun saya terjun itu masih gugup. Apalagi hari ini disaksikan Presiden. Tapi, saya berdoa saja dan berusaha terjun sesuai target walaupun anginnya cukup kencang. Hal ini menjadi kebanggan tersendiri bagi saya karena bisa disaksikan oleh Presiden," kata Yeni. 

Yeni pun bangga memiliki kesempatan memberikan buket bunga kepada Ibu Negara, Iriana Joko Widodo usai menyelesaikan aksi terjun payungnya. 

"Tadi usai mendarat, saya juga berkesempatan memberikan buket bunga kepada Ibu Negara. Kebanggaan lainnya bagi saya selain bisa terjun payung dengan disaksikan Presiden Joko Widodo," ujar Yeni. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kadis Dukcapil: 92.432 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Awal Pekan Depan

Kadis Dukcapil: 92.432 NIK Warga Jakarta Bakal Dinonaktifkan Awal Pekan Depan

Megapolitan
Sayur Mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya Hingga Sarjana

Sayur Mayur Membawa Berkah, Sarmini Bisa Menyekolahkan Anaknya Hingga Sarjana

Megapolitan
Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Petugas Beberkan Sulitnya Padamkan Api yang Membakar Toko Bingkai Saudara Frame Mampang

Megapolitan
Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

Polisi Ungkap Ada Karyawan Semprot Bensin untuk Usir Rayap Sebelum Kebakaran Saudara Frame Mampang

Megapolitan
Warga DKI Yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

Warga DKI Yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan ke Kantor Kelurahan

Megapolitan
Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

Jasad 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Dibawa ke RS Polri Kramatjati

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Polisi Tangkap 3 Orang Terkait Penemuan Jasad Perempuan di Dermaga Pulau Pari

Megapolitan
Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Megapolitan
Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Megapolitan
Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Megapolitan
Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari 'Basement' Toko Bingkai 'Saudara Frame' Mampang

Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari "Basement" Toko Bingkai "Saudara Frame" Mampang

Megapolitan
Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Megapolitan
Pemadaman Kebakaran 'Saudara Frame' Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Pemadaman Kebakaran "Saudara Frame" Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Megapolitan
Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran 'Saudara Frame' di Mampang Berhasil Dievakuasi

Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran "Saudara Frame" di Mampang Berhasil Dievakuasi

Megapolitan
Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com