JAKARTA, KOMPAS com - Dulu, tumpukan sampah jadi pemandangan lumrah di lahan kosong seluas 500 persegi di Jalan Karang Asri IV, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Banyak warga setempat melintasi kawasan itu sambil melempar sampah seenaknya.
Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kelurahan Lebak Bulus merasa kewalahan karena setiap kali daerah tersebut dibersihkan, keesokanya sampah muncul lagi. Para petugas PPSU kemudian berembuk dan menggagas ide untuk membuat kebun sayur di wilayah itu.
Salah satu penggas ide tersebut adalah Hamdja (70), petugas PPSU Kelurahan Lebak Bulus. Dia jugalah yang kini merawat kebun itu selama tiga tahun terakhir.
"Ini dibuatnya tahun 2016. Jadi kami buat kebun, kalau ada kebun kan nggak mungkin ada lagi yang buang sampah," ujar Hamdja saat ditemui di kebun tersebut, Rabu (10/7/2019).
Sambil menyangkul tanah, dia dengan antusias menunjuk apa saja tanaman yang telah ditanam di kebun itu.
"Nih, ada kangkung, ada labu air, terong , ada pokcay, sawi, ada kacang panjang. Alhamdulillah subur, setiap pagi sore kami siram," kata dia.
Hasil kebun itu tidak dijual. Semua sayur mayur itu bisa didapatkan dengan gratis oleh anggota PPSU, pihak kelurahan, anggota PKK, hingga warga setempat. Dari awal kebun itu memang dibuat bukan untuk tujuan komersial.
"Hasilnya kami kasih ke kelurahan, kalau ada orang PPSU yang mau ambil ya ambil saja, kalau warga mau ambil ya bisa, cuman izin dulu sama kami yang kelola," kata dia.
Pria asal Lebak Bulus itu mengaku senang dengan rutinitas berkebun tersebut. Berkebun baginya bukan hal baru karena sejak kecil telah terbiasa mengelola kebun.
Dia sangat antusias merawat kebun, apalagi jika kebun tersebut jadi tanggung jawab tambahan disamping membersihkan jalan layaknya anggota PPSU.
"Ini kan sebenarnya yang urus (kebun) regu 4, cuman yang kerja hanya saya sama teman saya berdua. Selama tiga tahun jadi cuma saya saja dari yang nyangkul sampai nanamnya. Yang lain pada nggak mau. Tapi kan saya nggak kaya gitu. Ini kan menyangkut tanggung jawab kerja juga," ujar dia.
Petugas PPSU tidak hanya sumbang tenaga dalam mengelola kebun itu. Semua pembelian bibit dan biaya lain untuk mengelola kebun berasal dari kantong para petugas PPSU.
Hamdja mengaku tidak ada anggaran khusus yang disiapkan untuk mengelola kebun tersebut.
"Kalau kemarin (bibit) dikasih sama bu lurah. Sebelumnya kami beli sendiri," ucap dia.
Para petugas biasanya patungan dan uang tersebut dikumpulkan kepada koordinator untuk membeli bibit dan keperluan kebun lainya. Bagi Hamdja, tidak jadi masalah bahwa dia harus merogoh kocek sendiri selama kesenanganya berkebun tersalurkan.
"Nggak ada (anggaran), pakai duit pribadi saja karena sukanya bertani itu loh, gitu. Termasuk saya juga patungan," ujar dia.
Hamdja mengaku bersyukur bahwa tidak ada lagi sampah di tempat itu. Jika akhirnya apa yang dia dan teman - temannya kerjakan bisa lebih dari itu, dia mengaku akan semakin bersyukur.
"Yang paling saya suka ya hasilnya (kebun). Sedikit-sedikit hasilnya bisa bagi ke orang lainlah," ucapnya.