Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berpenghasilan Rp 30.000 Sehari, Ini Kisah "Wong Cilik" Bertahan Hidup di Jakarta

Kompas.com - 11/07/2019, 15:32 WIB
Anastasia Aulia,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jakarta sebagai sebuah ibu kota dan pusat perdagangan telah mampu menarik minat warga luar daerah datang berbondong-bondong ke sini. Mereka bermimpi mendapat hidup yang lebih baik daripada berdiam di kampung mereka.

Namun, untuk meraih apa yang mereka impikan, jalannya tentu tidak mudah. Masih banyak di antaranya yang masih bergulat dengan segala keterbatasan. Namun, asa mereka tak pernah padam. Mereka lebih baik berusaha daripada pasrah pada nasib.

Ibu Rini, seorang pedagang tempe di Pasar Palmerah, Jakarta Barat, misalnya. Di tengah teriknya matahari, Rini tampak sibuk menjual dagangan tahu, tempe, toge, dan bumbu pecel di lapaknya yang tak jauh dari pintu masuk parkir. 

Setiap pagi, Rini menggunakan ojek dari rumahnya di kawasan Mampang, Kuningan untuk menuju ke Pasar Palmerah. Rini lebih memilih berjualan lebih jauh dari rumahnya, karena pasar di dekat rumanya sudah banyak yang menjajakan barang dagangan serupa. 

Baca juga: Kisah Pilu Driver Ojol dan Ibunya yang Lumpuh, Tak Sadar Anak Tewas Membusuk di Samping Kamar

Wanita berusia 62 tahun itu kini hidup sendiri, anak dan cucunya tinggal terpisah. Sementara suaminya telah menikah lagi.

Dalam sehari apabila dagangannya habis, dia akan mendapatkan uang sebesar Rp 400.000 termasuk modal. Sementara pendapatan bersihnya hanya Rp 30.000 per hari.

"Ya bagaimana namanya cukup ya enggak cukup. Kadang ada kebutuhan, kadang enggak. Kebanyakan kurang. Sehari paling Rp 50.000. Berangkat naik ojek Rp 20.000. Sudah habis deh," ujar Rini saat  berbincang dengan Kompas.com, Rabu (11/7/2019) siang.

Rini merantau dari Solo ke Jakarta pada tahun 1995. Sejak itu, ia berjualan tak menentu. Terkadang diajak orang, terkadang berjualan sendiri.

Selain Rini, ada Pak Naan yang berusia 64 tahun. Dia berjaulan di belakang Pasar Palmerah. Setiap hari ia berjualan kangkung, daun singkong, daun pisang, dan bayam sambil ditemani salah satu anak laki-lakinya yang berusia 20 tahun.

Baca juga: Ditonjok Warga hingga Terima Telepon Gaib, Bukti Jadi Petugas Damkar Tidak Mudah

Mirip dengan cerita Rini, Pak Naan pun setiap harinya tak memiliki uang cukup untuk hidup keluarganya.

"Modal Rp 250.000, untung Rp 50.000. Itu kalau habis, hari ini kayanya enggak habis" ujar dia ketika ditemui Kompas.com pada Kamis (11/7/2019) siang.

Naan menjelaskan setiap paginya ada iruan yang ditarik oleh RW dan petugas kebersihan. Untuk RW, Naan harus membayar Rp 4.000, sementara untuk kebersihan Rp 2.000. 

Ia mengatakan bahwa anaknya sudah tidak sekolah lagi, sementara anak satunya lagi sudah bekerja sebagai driver ojek online. Karena pnghasilan per hari keluarga Naan tidak besar, jadi pengeluaran pun diatur ketat.

"Dicukup-cukupin lah duitnya. Buat makan saja dulu pokoknya" kata Naan.

Ia mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, ia pun tidak terlalu berharap untuk mendapatkannya. Toh,  ia masih bisa berusaha sendiri.

Ia hanya berharap nanti kedua anaknya bisa hidup berkecukupan, mungkin dengan membuka usaha sendiri atau menjadi pegawai kantoran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com