"Paspor tersebut difoto oleh pemilik rental mobil, itu sangat membantu kami," kata Sabilul Alif.
Baca juga: Perampok Toko Emas di Balaraja Pakai Mobil Rental Saat Beraksi
Namun, kedua pelaku sempat mengganti plat nomor mobil tersebut menjadi T 1721 dari sebelumnya B 2069 UFC.
"Awalnya, kami kesulitan karena plat nomor pelaku palsu. Namun, setelah dilihat ciri-ciri mobil kami menemui mobil Avanza itu adalah milik sebuah rental mobil di Penjaringan, Jakarta Utara," kata Sabilul.
Mobil tersebut kemudian diketahui telah disewa tersangka pelaku pada tanggal 13-15 Juni 2019. Penyewa kendaraan atas nama kedua tersangka, yaitu Muhammad Nazri Fadzil (26) dan Muhammad Nur Iskandar (24).
Salah satu tersangka perampok yaitu Muhammad Nur Iskhandar (24), merupakan residivis kasus perampokan di Malaysia.
Baca juga: Perampok Toko Emas Balaraja Residivis Perampokan di Malaysia
"Tersangka ini (Nur Iskhandar) pernah ditangkap oleh Polisi Diraja Malaysia (PDRM) karena kasus perampokan toko emas di Kuala Lumpur, Malaysia," kata Kapolresta Tangerang Kombes Sabilul Alif.
Dia kemudian menjalani hukuman penjara dan bebas pada 3 Juni 2019. Tidak sampai dua pekan setelah bebas, dia bertemu Muhammad Nazri Fadzil (26) dan merampok toko emas di Balaraja pada 15 Juni 2019.
Perampok toko emas di Balaraja mempelajari cara merampok lewat video Youtube. Kapolresta Tangerang Kombes Sabilul Alif mengatakan perampok yang dia maksud adalah warga negara Malaysia bernama Muhammad Nazri Fadzil (26).
"Berbagai video dari Youtube dia saksikan untuk mempelajari teknik merampok dan melarikan diri," kata Sabilul.
Nazri kemudian mengajak warga Malaysia lainnya, Muhammad Nur Iskandar, untuk melancarkan aksinya. Setelah berdiskusi, keduanya sepakat untuk melakukan perampokan.
"Syaratnya, Nazri ini harus membiayai semua keperluan Nur Iskandar, lalu mereka sepakat," tambah Sabilul.
Muhammad Nazri Fadzil berasal dari keluarga mampu. Namun, dia bercita-cita ingin menghasilkan uang sendiri.
Baca juga: Perampok Toko Emas di Balaraja Belajar Merampok dari Youtube
Dia lalu meminta izin kepada kedua orangtuanya untuk bekerja di Jepang. Orangtuanya menyetujui dan memberinya uang saku Rp 30 juta.
"Tapi, dia merasa tidak cukup dengan uang dari orangtuanya itu. Lalu, dia ajak Muhammad Nur Iskhandar merampok untuk menambah biaya ke Jepang," kata Sabilul.
Kendati demikian, keduanya tak memberikan alasan spesifik mengapa memilih Indonesia sebagai target. Ketika ditanya, Muhammad Nazri Fadzil hanya menjawab bahwa dia menyukai travelling.