JAKARTA, KOMPAS.com- Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti menilai masker kain biasa yang dijual di pasaran kurang efektif menangkal dampak polusi udara yang ada di Jakarta. Sebab, masker yang biasa dijual di pasaran hanya dapat menyaring polusi udara sebesar 10 mikron.
"Kurang efektif kalau masker bedah karena hanya dapat menembus 10 mikron (ukuran partikel polusi udara),” Widyastuti, saat ditemui di Kantor Dinas Kesehatan DKI, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (11/7/2019).
Oleh karena itu, ia meminta masyarakat untuk memakai masker N-95. Masker N-95 ini diyakini bisa menyaring partikel-partikel di bawah 10 mikron hingga 2,5 mikron.
Widyastuti juga mengingatkan agar pemakaian masker N-95 dilakukan dengan konsisten agar mendapat hasil maksimal.
Baca juga: Ini Enam Penyakit yang Ditimbulkan akibat Polusi Udara
"Jadi kalau menjaga terdampak polusi udara kita harus memakai masker yang konsisten. Tidak buka tutup artinya,” kata Widyastuti.
Ia mengatakan, masyarakat sering risih ketika saat memakai masker tipe N-95. Sebab masker ini memiliki lekukan di hidungnya. Bentuk seperti ini membuat masyarakat menjadi tidak nyaman.
"Jadi karena bentuk maskernya tidak pas diwajah, makanya kadang orang memakai maskernya salah. Jadi mereka gak nyaman gitu,” kata Widyastuti.
Ia pun mencontohkan masker N-95 juga digunakan oleh dokter dan perawat melakukan tindakan ke pasien yang memiliki penyakit menular.
"Jadi makanya , emang kita menggunakan masker yang ada cengkuknya," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.