JAKARTA, KOMPAS.com-Seorang pedagang kerak telor belum lama ini menjadi perbincangan di dunia maya karena masuk vlog mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Youtube. Pedagang kerak telor itu berbincang dengan Ahok yang sedang berkunjung ke Taman Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Jumat (5/7/2019) lalu.
Kompas.com akhirnya mencoba menemui pedagang kerak telor ini di Lapangan Banteng pada Kamis (11/7/2019).
Dia tampak berjualan di sisi barat Lapangan Banteng.
Di bawah terik matahari, pedagang kerak telor ini sibuk mengoseng dan meracik kerak telor yang ia buat.
Namanya Faisol, laki-laki berusia 52 tahun ini sudah berjualan di Lapangan Banteng sejak tahun 1977.
Ia dikenal dengan pedagang kerak telor terfavorit. Sebab, cita rasa dari kerak telor racikannya berbeda dengan yang dibuat pedagang lainnya.
Baca juga: Ahok Promosikan Kerak Telor Milik Pedagang di Lapangan Banteng
Meski ia berasal dari Jawa Timur, Faisol mampu membuat kerak telor yang gurih nan enak.
Ia mengatakan, awalnya ia belajar memasak kerak telor dari istrinya yang merupakan orang betawi asli.
Setelah mengetahui bahan-bahan apa saja yang digunakan untuk membuat kerak telor, Faisol pun coba mengkombinasikan rasa Betawi dan Jawa Timur di kerak telornya.
"Saya ingin rasa kerak telor saya ini punya ciri khas sendiri, sehingga saya racik perpaduan antara dua daerah ke kerak telor saya," ujarnya sambil sibuk mengoseng-oseng.
Kerak telor ini dijual Faisol dengan harga Rp 20.000 dengan telor ayam dan Rp 25.000 dengan telor bebek.
Setiap hari, Faisol dapat mengantongi untung Rp 1 juta per hari dari kerak telornya. Ia berdagang mulai dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB.
Dari jualan kerak telor ini, Faisol mampu menyekolahkan tiga anaknya. Faisol memiliki dua anak laki-laki dan satu perempuan.
"Anak saya yang pertama S2, yang kedua masih kuliah teknik mesin, dan yang ketiga di sekolah Meranti," ucapnya dengan bangga.
Baca juga: Pernah Diberangkatkan ke Maroko, Pedagang Ini Beri Ahok Kerak Telor
Ia mengaku tak pernah menyangka dari pekerjaannya itu ia dapat memiliki anak yang sukses.
Meski demikian, pencapaian itu tidak didapat dengan mudah. Banyak duka yang ia alami saat menjadi pedagang kerak telor. Salah satunya adalah harus kucing-kucingan dengan Satpol PP.
Selama berjualan di Lapangan Banteng,dagangannya kerap diincar oleh Satpol PP untuk diangkut.
Meski demikian, Faisol tetap muncul lagi untuk berjualan di Lapangan Banteng.
"Saya mah ikutin prosedurnya, kalau emang diangkut ya angkut aja. Terus saya balik lagi deh jualan di sini, kalau enggak gitu mau makan apa terus sekolah anak saya bagaimana?" ujarnya.
Ia mengaku, hidupnya sebagai pedagang merasa diperhatikan sejak adanya wisata Balai Kota yang diusung oleh Basuki Tjahaja Purnama.
Sebab ia bisa berjualan setiap akhir pekan dengan tenang tanpa harus was-was dengan intaian Satpol PP.
Sejak berjualan di Balai Kota, ia mengaku dagangannya semakin ramai dan banyak diincar masyarakat. Apalagi, ia dulu juga kerap memberikan promosi-promosi khusus untuk pelanggan yang mau mencoba kerak telornya.
"Saya kasih sampel gitu terus saya bagi-bagikan. Eh sejak itu banyak yang incar kerak telor saya untuk acara pernikahan atau acara arisan," kata Faisol.
Baca juga: Kepada Ahok, Pedagang Kerak Telor Curhat Tak Diberi Tempat Dagang di Lapangan Banteng
Ia dan anaknya pun sering berkreasi mendesain unik keranjang telornya agar eye catching dilihat pengunjung saat datang ke Balai Kota kala itu.
"Pokoknya seneng deh pas ada wisata Balai Kota, saya itu bisa pegang Rp 2 juta per hari, Mbak. Bagaimana enggak senang coba," ujarnya antusias.
Karena dagangannya terkenal di Balai Kota kala itu, ia pun diajak ke Maroko untuk berjualan di sana.
Faisol pun sangat senang saat itu bisa diajak dalam rombongan Pemrov DKI Jakarta kala itu ke Maroko.
"Meski bukan saya yang berangkat tapi anak saya. Tapi kayak keren saja gitu, bisa promosi di sana," ucapnya.
Saat di Maroko, ia bercerita banyak orang yang memesan kerak telornya. Sekali pesan mereka membeli dua bahkan tiga. Cerita tentang perjalanan ke Maroko itu ia dapat dari anaknya.
"Mereka bayarnya pakai Dirham saat itu, seru banget saya diceritain anak kala itu," kata Faisol.
Tidak hanya berjualan di Maroko, anaknya juga bisa menginap di hotel mewah. Ia merasa itu adalah anugerah yang Tuhan berikan kepadanya untuk menyenangkan anak.
Sekarang, Faisol tidak bisa berjualan di Balai Kota lagi tiap akhir pekan. Dia mengatakan sudah tidak ada lagi wisata Balai Kota tiap akhir pekan di sana.
Faisol mengatakan, sejak saat itu dagangannya semakin laris manis.
Ia mulai diajak kerja sama beberapa UKM (Usaha Kecil Menengah) untuk datang ke festival Betawi atau acara-acara Jakarta lainnya.
Selain itu dia juga diajak kerja sama dengan Go-jek dan Grab untuk memasang iklan.
Jika orang mau membeli kerak telornya, cukup pesan dari rumah melalui aplikasi itu.
"Banyak sih yang beli, kadang empat terus lima. Pernah borong dagangan saya juga. Sampai saat ini pun dagangan saya masih jadi incaran orang," ujarnya.
Sampai sekarang, Faisol merasa bersyukur dan berterima kasih pada Ahok karena membuka peluang rezekinya.
"Makanya pas datang Pak Ahok, saya langsung buru-buru tinggalin dagangan saya, lalu kasih kerak telor. Hanya ini yang saya bisa kasih ke beliau. Saya ngefans juga sama dia dari dulu," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.