JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan jalan Tol Kunciran-Bandara Soekarno-Hatta terus berjalan. Namun, ternyata pembangunan itu membuat satu sekolah terkepung beton dan debu.
Sekolah itu adalah SMP Negeri 21 Kota Tangerang. Sudah tiga bulan terakhir, rupa sekolah itu tidak seperti dulu.
Dari depan Jalan Halim Perdana Kusuma, sekolah itu terlihat kecil. Dikepung oleh tumpukan tanah setinggi 2 hingga 3 meter.
Dekat gerbang, terlihat tulisan, "hati-hati ada pengerjaan proyek" dan "hati-hati jalan licin".
Saat ditemui di lokasi, Pelaksana Harian (Plh) Kepala Sekolah SMPN 21 Kota Tangerang, Sarnoto memperlihatkan debu-debu tebal itu.
"Setiap hari, ini dibersihkan, kami siram halaman, sapu ruangan, tetap saja namanya ada tumpukan tanah segedegunung gitu," kata Sarnoto pada Jumat (12/07/2019).
Baca juga: Pembangunan Tol Kunciran-Bandara Soekarno Hatta Kepung SMPN 21 Kota Tangerang
Pembangunan dilakukan tanpa pemberitahuan
Sarnoto mengungkapkan bahwa sejak awal pembangunan tidak ada pemberitahuan secara langsung maupun tidak langsung dari pengampu proyek yaitu PT Wijaya Karya ( WIKA).
"Enggak ada, ya, tiba-tiba saja dibangun. Sebenarnya saya enggak masalah, yang penting masalah debu-debu ini cepat ada solusi, juga kalau bisa pembangunannya dipercepat," kata Sarnoto.
Terkait debu, WIKA mengabulkan permintaan penyiraman halaman depan gerbang pada Rabu (10/07/2019).
Kata Sarnoto, itu pertama dan terakhir kalinya akhirnya WIKA melakukan penyiraman untuk mengurangi debu.
Proyek tol pengaruhi keseharan guru dan murid
Sarnoto mengungkap bahwa selama proyek Tol Kunciran-Bandara Soekarno-Hatta, kesehatan murid dan guru di sekolah itu terganggu.
Bersin dan batuk sudah menjadi kondisi biasa di sekolah itu. Bahkan, kegiatan belajar mengajar kadang terganggu karena murid-murid yang bersin dan batuk.
"Sebelum libur, anak-anak itu sudah merasakan debu proyek ini. Bersin, batuk sudah biasa. Kalau pulang sekolah pada piket, tapi ngeluh juga anak-anak itu," kata Sarnoto.
Dia berharap, kalaupun pembangunan tetap harus dilakukan, WIKA bersedia memberikan bantuan masker untuk muridnya.
Baca juga: Pembangunan Tol Kunciran-Bandara Soekarno-Hatta Pengaruhi Kesehatan Murid dan Guru
Jalanan di depan sekolah ambles ketika hujan
Saat hujan turun jalanan menjadi licin akibat material tanah proyek.
Sarnoto mengungkapkan, pernah suatu ketika para murid harus jalan kaki sejauh 1 kilometer karena angkutan umum tak mampu menjangkau hingga ke depan sekolah karena jalanan yang ambles.
"Itu rok sama celana anak-anak sampai jeblok-jeblok, enggak tega saya lihatnya. Mereka jalan 1 kilometer, sampai sekolah sepatu sudah tanah semua," katanya.
Oleh karena itu, Sarnoto melarang guru untuk memarahi para siswa yang telat karena alasan-alasan itu. Sebab, murid telat bukan karena kemauannya, melainkan karena pembangunan proyek.
Kalau ada guru yang marahi murid karena telat, karena kebanjiran itu, saya yang akan marahi guru itu," kata Sarnoto.
Terancam tidak ikut Adiwiyat tingkat nasional
Sekolah SMP Negeri 21 Kota Tangerang terancam tidak bisa mengikuti Adiwiyata tingkat nasional.
Adiwiyata adalah salah satu program Kementrian Lingkungan Hidup dalam upaya rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.
Sarnoto menjelaskan, pihaknya terancam tak bisa ikut Adiwiyata tingkat nasional lantaran kondisi bangunan sekolah yang terlalu berdebu akibat dampak pembangunan jalan Tol Kunciran-Bandara Soekarno-Hatta.
"Kalau kondisi seperti ini, pasti batal ikut Adiwiyata tingkat nasional, mana bisa sekolah berdebu begini ikut Adiwiyata," kata Sarnoto.
Sarnoto mengaku tidak masalah dengan pembangunan apapun, apalagi sifatnya untuk kepentingan nasional. Namun, dia berharap segera ada solusi agar tidak merugikan siswa yang bersekolah.
"Sebenarnya saya enggak masalah, yang penting masalah debu-debu ini cepat ada solusi, juga kalau bisa pembangunannya dipercepat," kata Sarnoto.
Baca juga: Terkepung Proyek Tol, SMPN 21 Kota Tangerang Terancam Tak Ikut Adiwiyata Tingkat Nasional
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.