Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Gerhana Bulan dari Sudut Taman Ismail Marzuki

Kompas.com - 17/07/2019, 08:41 WIB
Sandro Gatra

Editor

Sumber Antara

Bukan hanya teleskop, pengunjung pun bisa belajar tentang sistem tata surya kepada para mentor yang disiapkan menjaga masing-masing alat peneropong.

Para mentor itu berasal dari Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ). Soal pengetahuan tentang ilmu astronomi, mereka tak perlu diragukan lagi.

"Di samping memandu, mentor ini memberi edukasi dan pencerahan kepada pengunjung. Misalnya, Saturnus itu kenapa ada cincinnya? Planet Jupiter gimana, dan sebagainya," ujar Eko.

Meski sudah disediakan 13 teleskop, tetap saja pengunjung harus mengantre cukup lama.

Maklum, setiap pengunjung tak mau cepat-cepat memalingkan keindahan bulan dan planet-planet lain dari matanya.

Belum lagi, posisi planet-planet, seperti Saturnus dan Jupiter yang terus bergerak membuat para mentor harus berulang kali menyetel teleskopnya.

Dari teleskop, keindahan bulan terlihat detail, sementara Saturnus tampak jelas bercincin meski ukurannya sangat kecil. Jupiter lebih kecil lagi, tetapi tetap terlihat.

Dengan sabar, para mentor memberikan penjelasan pada pengunjung yang setiap saat selalu bertanya, "Mas, planetnya kok enggak kelihatan ya?"

Fenomena langka

Planetarium dan Observatorium Jakarta tidak hanya sekali itu menggelar peneropongan bulan dan planet-planet di sekitar Bumi.

Setahun, ada 72 kali peneropongan malam yang rutin diadakan pengelola Planetarium dan Observatorium Jakarta, dengan mengajak masyarakat.

Namun, itu belum termasuk peneropongan saat ada fenomena-fenomena astronomi tertentu, seperti gerhana bulan seperti sekarang ini.

Tahun ini, hanya ada tiga kali fenomena gerhana, yakni gerhana bulan sebanyak dua kali pada Januari dan Juli ini, kemudian gerhana matahari pada Desember mendatang.

Menurut ahli astronomi dari Planetarium Jakarta Cecep Nurwendaya, fenomena gerhana bulan ini merupakan yang pertama kali bisa disaksikan secara langsung sepanjang 2019.

Gerhana bulan total pertama pada tahun ini terjadi pada 21 Januari lalu, namun tidak bisa dilihat karena di Indonesia berlangsung siang hari.

Beruntungnya, kali ini gerhana bulan bisa disaksikan secara langsung karena berlangsung malam hari, didukung cuaca yang teramat cerah.

Malam berganti pagi, namun para pengunjung yang kebanyakan anak muda tetap bersemangat menunggu proses gerhana bulan, sembari sesekali mengintip lewat teleskop.

Banyak yang menyiasati waktu dengan bercengkerama, meng-"update" status media sosial lewat ponsel, menunggu puncak gerhana bulan yang diperkirakan terjadi pukul 04.30 WIB.

Apalagi, lampu-lampu di pelataran Planetarium dan Observatorium Jakarta kemudian dimatikan, membuat cahaya bulan kian jelas menerangi, sebelum tertutup bayangan bumi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonasi untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Megapolitan
Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Megapolitan
Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com