Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Mencari Nilai A Lebih Mudah Dibanding Cari Tempat Parkir di UI

Kompas.com - 18/07/2019, 06:15 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Heru Margianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Konon, lebih mudah mencari nilai A daripada mencari tempat parkir di kampus Universitas Indonesia (UI), Depok. Itu canda warganet yang pernah punya pengalaman betapa susahnya mencari tempat parkir di Kampus UI.

Mencari parkir di kampus Universitas Indonesia, Depok, memang tak pernah mudah. Di lahan seluas 320 hektar, mahasiswa, dosen, dan warga berebut lahan parkir setiap pagi.

"Gue pernah lihat anak Fakultas Ekonomi markir mobilnya di FISIP terus dia ke Fakultas Ekonominya naik bis kuning lagi," kata Jarpul, mahasiswa FISIP UI, Selasa (16/7/2019).

Hal yang sama diungkapkan Chandra Kirana. Dosen FISIP yang gonta-ganti antara membawa mobil dengan naik kereta ini menyebut lalu lintas di kampus UI kerap tersendat di jam sibuk. Ia meyakini banyak pihak selain sivitas UI yang numpang parkir

"Ada situasi beberapa orang non-UI  yang pakai KRL numpang parkir di sekitar UI dan memanfaatkan parkir murah di UI. Kalau sore hari jam 16.00-17.00 atau saat bubar kantor, pintu gerbang UI macet luar biasa," kata Kicky.

Kondisi ini sudah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir. Keberadaan ojek dan taksi online juga memperparah beban kendaraan di dalam UI.

Parkir berbayar yang menuai protes

Atas dasar itu, UI kemudian berupaya membatasi kendaraan dengan menerapkan akses masuk berbayar. Tadinya, akses masuk berbayar hanya berlaku bagi mobil.

Namun kini, UI juga akan mengenakan tarif bagi motor yang melintas. Pihak universitas menggandeng Secure Parking untuk mengelola aksesnya.

Baca juga: Polemik Penerapan Parkir Berbayar UI, dari Mana Awalnya?

"Implementasi Sistem Parkir dan Masuk UI merupakan upaya kampus mengendalikan jumlah kendaraan di dalam lingkungan UI sebagai bentuk semangat  pengelolaan lingkungan UI yang hijau, ramah lingkungan, aman dan nyaman," tulis Kepala Kantor Humas dan KIP UI Rifelly Dewi Astuti dalam siaran persnya.

"Kami juga ingin meningkatkan keselamatan lalu lintas bagi sivitas akademika UI serta kemudahan dalam mengevaluasi keselamatan berlalu lintas. Lebih lanjut, diharapkan dengan adanya pengendalian jumlah kendaraan, maka lahan parkir akan dimanfaatkan bagi yang seyogyanya berhak," lanjut dia.

Aksi Mahasiswa Universitas Indonesia Tolak Secure Parking di UI,  Depok, Senin (15/7/2019).CYNTHIA LOVA Aksi Mahasiswa Universitas Indonesia Tolak Secure Parking di UI, Depok, Senin (15/7/2019).

Sayangnya, langkah ini diprotes mahasiswa. Mereka merasa kebijakan ini diterapkan tanpa memikirkan dampaknya bagi mahasiswa, warga, dan ojek yang beroperasi di UI.

Baca juga: Ini Tuntutan Aksi Demo Tolak Penerapan Secure Parking di Universitas Indonesia

Terbukti dalam uji coba yang digelar pada Senin (15/7/2019), antrean panjang mengular di gerbang utama (gerbatama). Baik akses masuk untuk mengambil tiket maupun keluar untuk membayar, membutuhkan waktu lebih lama dari biasanya. Padahal, saat ini sedang tak ada perkuliahan

"Chaos banget macet-nya padahal kegiatan kampus belom mulai. Sedangkan (nanti) yang kelas jam 08.00 tuh banyak banget dan sebelum adanya pintu parkir berbayar pun udah macet," kata Jarpul.

Sementara itu, Chandra menilai kebijakan ini belum diperhitungkan dengan baik. Menurut dia, tujuan kebijakan ini belum jelas dan belum disosialisasikan dengan baik.

"Hari pertama uji coba ini, kelihatan kok banyak yang enggak ngeh atau belum siap. Artinya sosialisasi masih belum jalan kan," kata Kicky.

Belum diketahui bagaimana kebijakan ini bakal mengentaskan masalah, alih-alih menambah kemacetan seperti sekarang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com