KOMPAS.com - Kebijakan parkir berbayar yang kini diterapkan di Universitas Indonesia ditentang keras oleh mahasiswa. Mereka melakukan aksi unjuk rasa dan menyegel mesin parkir.
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI menggelar jajak pendapat soal kebijakan ini. Hasilnya, dari 1.308 responden yang disurvei dari 2 Juli sampai 8 Juli 2019, sebanyak 63 persen sangat tidak setuju pemberlakukan parkir berbayar. Sebanyak 40 persen meyakini kebijakan ini bakal berdampak negatif.
Lahan tempat parkir di kampus seluas 320 hektar itu memang jadi persoalan beberapa tahun terakhir ini. Ruang-ruang parkir mendadak penuh.
Kebijakan parkir berbayar yang salah satunya bertujuan mengendalikan jumlah kendaraan di dalam kampus pun menuai protes, tidak hanya dari mahasiswa, tapi juga dari masyarakat dan pengemudi ojek online. Mereka kini harus merogoh kantong tiap kali masuk areal kampus.
Kampus UI memang menjadi jalan potong bagi masyarakat yang ingin menyeberang dari Margonda maupun Kelapa Dua ke Kukusan, Beji Timur dengan melewati Rumah Sakit UI-Redhouse PNJ-Gedung AA PNJ.
Penggiat transportasi sekaligus pengamat pendidikan Darmaningtyas berpendapat, mahasiswa UI seyogianya tak egois dalam hal ini.
"Jadi menurut saya memalukan itu kalau mahasiswa protes karena tarif parkir. Tarif parkir di dalam kampus itu memang harus mahal supaya mahasiswa tidak menggunakan kendaraan pribadi baik motor maupun mobil," kata Darmaningtyas, Selasa (16/7/2019).
Menurut dia, penolakan ini adalah contoh kegagalan instansi pendidikan mengajarkan pentingnya naik kendaraan umum.
Padahal, UI dilewati KRL dan punya dua stasiun. Ada bis kuning, sepeda, dan sebentar lagi akan dilintasi Transjakarta.
Latar belakang finansial mahasiwa yang mencukupi dan terbiasa membawa mobil seharusnya tak jadi alasan mahasiswa enggan menggunakan kendaraan umum.
"Masalahnya bahwa mahasiswa itu harus belajar menggunakan angkutan umum. Karena angkutan umum itu lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar, penggunaan ruang, sehingga lebih membawa keuntungan yang lebih banyak bagi masyarakat secara luas," ujar Darmaningtyas.
Darmaningtyas mendukung kebijakan parkir ini. Ia mengatakan seharusnya warga sekitar tak perlu risau sebab nantinya bakal ada Transjakarta yang masuk ke dalam UI.
Atas dasar itu, UI kemudian berupaya membatasi kendaraan dengan menerapkan akses masuk berbayar. Tadinya, akses masuk berbayar hanya berlaku bagi mobil.
Pihak Universitas Indonesia menerapkan parkir berbayar dengan menggandeng Secure Parking untuk mengendalikan jumlah kendaraan di dalam kampus.
Ditengarai, ada banyak orang di luar kampus yang memarkir kendaraan mereka di kampus UI karena tarifnya lebih murah. Dari kampus UI mereka naik KRL ke tempat kerja mereka di Jakarta.