Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa UI dan Polemik Parkiran Kampus

Kompas.com - 18/07/2019, 06:30 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Heru Margianto

Tim Redaksi

"Implementasi Sistem Parkir dan Masuk UI merupakan upaya kampus mengendalikan jumlah kendaraan di dalam lingkungan UI sebagai bentuk semangat  pengelolaan lingkungan UI yang hijau, ramah lingkungan, aman dan nyaman," tulis Kepala Kantor Humas dan KIP UI Rifelly Dewi Astuti dalam siaran persnya.

“Kami juga ingin meningkatkan keselamatan lalu lintas bagi sivitas akademika UI serta kemudahan dalam mengevaluasi keselamatan berlalu lintas. Lebih lanjut, diharapkan dengan adanya pengendalian jumlah kendaraan, maka lahan parkir akan dimanfaatkan bagi yang seyogyanya berhak," lanjut dia.

Mengakomodasi protes, pihak UI akan menerapkan kebijakan bebas biaya parkir bagi kendaraan yang berada di areal kampus selama kurang dari 15 menit.

Menambah beban ongkos 

Bagi Jarpul, mahasiswa FISIP, jika kebijakan ini diterapkan nantinya, ongkos yang harus dikeluarkan tiap hari akan bertambah.

Dengan uang jajan Rp 100.000 yang belum dipotong bensin untuk mobil, ia harus menambah tarif maksimal Rp 10.000 sampai Rp 15.000 jika mengacu pada tarif baru.

"Kalau nginepin kendaraan juga jadi mahal banget enggak kayak dulu," kata Jarpul, Selasa (16/7/2019).

Jika naik motor, ongkos parkir per jam juga tentu akan memberatkan. Begitu pula halnya jika ia naik ojek online.

"Misal gue naik Grab ya mesti nambah Rp 2.000 tiap masuk kampus. Belom kalo gue keluar masuk entar-entarnya kan berasa juga lama-lama," ujar dia.

Hal berbeda disampaikan Adit, mahasiswa lain. Kendati sama-sama menolak, Adit yang tinggal di dekat UI tak ada masalah dengan uang yang harus dikeluarkan.

"Permasalahannya bukan sekadar di uang parkir yang dipungut. Tapi kesiapan fasilitas yang harus mereka siapkan sebelum membuat kebijakan ini," kata Adit.

Adit tak menolak harus meninggalkan motornya di rumah. Namun, itu bakal menghambat mobilitasnya dan banyak orang lain.

Ia khawatir kemacetan yang terjadi saat uji coba bakal lebih parah ketika nantinya perkuliahan dimulai. Kemacetan bakal membuat banyak orang terlambat.

"Gue seneng-seneng aja. Karena gue orang yang suka berangkat mepet waktu. Jadi ada alesan buat telat ke dosen, ha ha ha" kata dia.

Sebagai warga Kukusan, Adit juga menganggap akses berbayar bagi warga di pintu masuk sangat konyol. Pasalnya, banyak warga hanya sekadar numpang lewat untuk menuju Jalan Margonda. Mereka kini harus macet mengantre untuk sekadar lewat.

Adit juga menuntut parkir yang lebih canggih ini bisa memberi nilai lebih bagi pengguna kendaraan. Ia ingin kebijakan ini tak sekadar memungut uang.

"Karena sekarang ada Secure Parking, agar secure, maka parkiran dibuat lebih luas supaya enggak baret-baret dan terjadi kerusakan," ujar Adit.

Ia juga berharap jadwal keberangkatan bis kuning maupun transjakarta tepat waktu sehingga ke depan bisa diandalkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Rute Mikrotrans JAK98 Kampung Rambutan-Munjul

Megapolitan
Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com