Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arswendo Atmowiloto dan Perjalanan "Keluarga Cemara"

Kompas.com - 19/07/2019, 19:24 WIB
Rosiana Haryanti,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nama Arswendo Atmowiloto lekat dengan drama Keluarga Cemara. Drama keluarga ini populer di televisi Indonesia pada era 1990 hingga 2000-an awal.

Dikutip dari Harian Kompas, 6 Januari 2019, kisah ini berawal dari buku yang ia tulis sejak tahun 1970-an.

Arswendo mengisahkan, saat awal ia menjajakan ide itu menjadi serial, tidak banyak orang yang berminat. Menurut dia, saat itu, mereka menginginkan cerita dengan genre horor.

"Kok enggak ada hantunya? Enggak ada santetnya? Saya bilang Indonesia enggak butuh santet banyak," ujar Arswendo.

Dia memaparkan, Keluarga Cemara mengisahkan tentang nilai kejujuran sebuah keluarga kecil yang hidup jauh dari hiruk pikuk Ibu Kota.

Baca juga: Sastrawan dan Wartawan Senior Arswendo Atmowiloto Meninggal Dunia

Cerita ini pun mulai digemari dan menjadi favorit khalayak pada waktu itu. Tayangan ini pernah menjadi serial yang selalu dinanti di akhir pekan.

Setiap kalimat yang keluar dari sosok Abah dan Emak kepada anak-anaknya selalu terpatri dalam ingatan.

Bahkan, lebih dari dua dekade setelah peluncuran serial pertamanya, banyak orang yang masih mengingat setiap detail cerita hingga lagu temanya.

Hal ini lalu membuat rumah produksi Visinema Pictures berniat untuk mengadopsinya menjadi ide cerita film.

Bekerja sama dengan Ideosource dan Kaskus, ketiganya lalu merancang kisah baru yang disesuaikan untuk generasi saat ini.

Baca juga: Arswendo Atmowiloto Tiga Bulan Lawan Kanker Prostat

Ketika kisahnya akan dipinang menjadi film layar lebar, Arswendo menyetujuinya.

Bahkan, ia mempersilakan pihak yang terkait untuk membuat latar cerita baru. Dalam cerita baru ini, kisah Abah, Emak, Euis, dan Ara dikemas dengan latar milenial.

Pada film ini, latar keseharian pelakon utama diceritakan berada di lingkungan urban dan kompleks. Namun, sesuatu terjadi hingga membuat keluarga kecil ini terpaksa menyingkir ke pedesaan.

Ketika ditanya mengapa film Keluarga Cemara baru difilmkan setelah lebih dari dua dekade, Arswendo mengatakan, ide dan gagasan yang ada di kisah ini sesuai dengan kondisi sekarang.

"Frame-nya untuk keluarga pada umumnya. Nilai umum dan universal, bahwa terharu bisa berarti air mata bisa berarti senyuman," ucap Arswendo.

Kini, sang maestro "Keluarga Cemara" itu telah berpulang. Selamat jalan...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Depok Hari Ini, Jumat 29 Maret 2024

Megapolitan
Seorang Ibu Diduga Menipu, Jual Cerita Anak Sakit lalu Minta Uang Rp 300.000

Seorang Ibu Diduga Menipu, Jual Cerita Anak Sakit lalu Minta Uang Rp 300.000

Megapolitan
Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Megapolitan
Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Megapolitan
Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Megapolitan
Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Megapolitan
Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Megapolitan
Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com