Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Uniknya Sunyi House of Coffee and Hope, Kafe Dari dan Untuk Penyandang Disabilitas

Kompas.com - 20/07/2019, 08:09 WIB
Walda Marison,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Di sepanjang jalan Fatmawati Jakarta Selatan,  banyak restoran ataupun tempat “ngopi” yang berjajar rapi seakan merayu pelanggan. Dari tempat makan kaki lima sampai restoran kenamaan pun ada disana

Namun ada satu tempat yang menarik perhatian Kompas.com saat menelusuri jalan tersebut. Tempat itu adalah Sunyi House of coffee and hope.

Letaknya di Jl. RS. Fatmawati No. 15, Cilandak, Jakarta Selatan.

Rasanya tidak lazim nama tersebut untuk sebuah tempat ngopi. Kenapa “sunyi” ? kenapa “hope”?  dan pertanyaan serba “kenapa” muncul dalam kepala ketika melihat nama itu.

Baca juga: Penyandang Disabilitas Lapor ke Komnas HAM soal Dugaan Pelanggaran Hak dalam Seleksi BUMN

 

Berbekal segudang pertanyaan tersebut Kompas.com mencoba masuk ke dalam tempat yang rasanya bisa disebut sebagai kafe itu.

Saat memarkirkan sepeda motor, terlihat seorang ibu – ibu dengan sigap mengatur kendaraan roda dua agar masuk ke parkiran.

Namun anehnya tidak ada satu kata pun terucap dari mulut ibu yang juga tukang parkir itu.

Hanya tangan lincahnya yang terlihat kokoh mengarahkan motor untuk masuk ke dalam tempat parkir

Ketika masuk ke dalam kafe, suasana tenang sangat terasa. Terlihat empat sampai lima pengunjung sedang duduk tenang, membuka laptop sambil sesekali menyeruput kopi miliknya.

Benar-benar tidak ada suara orang berbicara.

Baca juga: Cerita Penyandang Disabilitas Bisa Kerja di Kemenhub

Suasana House of Coffee and Hope di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, Kamis (18/7/2019)KOMPAS.com - Walda Marison Suasana House of Coffee and Hope di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, Kamis (18/7/2019)
Petugas kasir pun dengan sigap berada di tempat seakan siap melayani pelanggan. Namun tidak ada kata terucap. Dia hanya menggunakan bahasa isyarat yang bagi sebagian orang mungkin suli dipahami

Ketika Kompas.com menunjukan handphone dengan tulisan “Saya wartawan, saya mau berbicara dengan pemilik kafe”, dia langsung paham dan memanggil sesosok pria yang kebetulan duduk tidak jauh darinya.

Dia adalah Fernaldo Garcia, owner kafe Sunyi house of Coffee and hope.

Fernaldo mengatakan semua pekerja yang ada di Kafe Sunyi ini adalah orang – orang penyandang disabilitas.  

Baca juga: Ketika Siswa Sekolah dan Penyandang Disabilitas Jajal Naik LRT Jakarta

Penjelasan tersebut seakan menjawab mengapa tukang parkir dan penjaga kasir menggunakan bahasa isyarat saat berkomunikasi.

“Jadi konsep dasar Sunyi house sebenanya untuk merangkul dan memberi kesempatan bagi teman –teman penyandang disabilitas untuk bekerja, karena seperti yang kita tahu tidak banyak perusahaan yang mau memperkerjakan mereka,” kaya Renaldo ketika ditemui Kompas.com, Kamis (18/7/2019).

Pemilihan nama Sunyi House Coffe and Hope pun punya alasan sendiri.

“Arti Sunyi bukan tanpa suara, tetapi Sunyinya diskriminasi untuk kaum disabilitas,” kata dia.

Mereka yang bekerja di sini

Saat karyawan penyandang tuna rungu melayani pelanggan di kafe House of Coffee and Hope di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, Kamis (18/7/2019)KOMPAS.com / Walda Marison Saat karyawan penyandang tuna rungu melayani pelanggan di kafe House of Coffee and Hope di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, Kamis (18/7/2019)
Hampir semua pekerja di kafe ini penyandang disabilitas. Untuk saat ini saja mereka memperkerjakan lima orang penyandang disabilitas. Ada empat orang tuna rungu dan tuna wicara serta satu orang tuna daksa.

Namun jangan sekali kali meremehkan kinerja mereka. Dengan keterbatasan yang mereka miliki, mereka dapat meracik kopi atau pesanan lainya yang terpampang di daftar menu untuk memanjakan lidah.

Hal itu terlihat dari para pelanggan yang menikmati kopi hasil racikan mereka

Fernaldo mengatakan, awalnya pihaknya membuka lowongan pekerjaan di sebuah situs pekerjaan untuk para kaum difabel. Peminatnya pun banyak. Sekitar 50 orang mendaftar untuk jadi pegawainya.

Wawancara dan seleksi pun dilakukan sehingga menyusut menjadi lima pegawai.

Baca juga: Harapan Penyandang Disabilitas untuk 4 Trotoar yang Akan Dibangun di Jakarta Utara

Yang mencengangkan, ke lima pegawai ini sebenarnya tidak punya keahlian dasar meracik kopi.

“Ya mereka awalnya memang tidak punya keahlian membuat kopi. Tapi kita adakan training untuk mereka sebelum bekerja,” ucap dia.

Keraguan pun sempat melandanya. Terang saja, dia takut akan sulit bagi mereka untuk belajar cara meracik kopi layaknya orang normal.

“Tapi di luar dugaan, mereka beradaptasi dengan cepat di luar dugaan saya. Mereka termasuk belajar dengan cepat,” ucap Fernaldo.

Hingga sekarang, hampir tidak pernah ada keluhan dari para pelanggan karena racikan kopi yang mereka buat.

Baca juga: Saat Jokowi Mendapatkan Saran dari Penyandang Disabilitas soal Fasilitas di MRT...

Fasilitas untuk penyadang disabilitas.

Suasana Kafe Sunyi House of Coffee and Hope, Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, Kamis (18/7/2019)KOMPAS.com - Walda Marison Suasana Kafe Sunyi House of Coffee and Hope, Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, Kamis (18/7/2019)
Fernaldo mengatakan banyak pelanggan yang juga penyandang disabilitas datang ketempat ini untuk “nongkrong” bersama teman sejawat. Bahkan bisa dibilang tempat ini jadi tempat nongkrongnya pelanggan penyandang disabilitas.

“Ya bisa dibilang seperti itu, bahkan mereka penyandang disabilitas suka kumpul setiap malam minggu disini dengan teman teman yang lain,” kata dia.

Maka dari itu, interior kafe dan banyak fasilitas lain yang memang di desain khusus untuk pelanggan penyandang disabilitas. Seperti ruang utama kafe yang dibuat agak luas agar mereka bisa bergerak dengan leluasa.

“Kita juga sengaja memakai meja bundar di dalam kafe karena membantu bagi pelanggan tuna rungu berkomunikasi. Jadi dengan duduk berkeliling mereka dengan mudah melihat bahasa isyarat dari masing masing temanya,” kata dia.

Baca juga: Bikin Bangga, 4 Remaja Tuna Rungu Ini Tak Minder Ikut Kompetisi Robotik

Dari depan saja sudah disediakan guiding block untuk pelanggan tuna netra. Bahkan di halaman kafe terdapat tulisan dengan huruf braille.

Namun bukan berarti kafe ini tidak dibuka untuk umum. Kafe ini juga terbuka untuk mereka yang bukan penyandang disabilitas.

“Jika ada pelanggan mungkin tidak bisa memahami bahasa isyarat karyawan kami, saya suka stand by di sini untuk bantu melayani,” ucap dia.

Harapan untuk para penyandang disabilitas

Fernaldo Garcia, Owner House of Coffee and Hope KOMPAS.com - Walda Marison Fernaldo Garcia, Owner House of Coffee and Hope
Dengan dibukanya kafe ini, Fernaldo berharap tidak ada lagi stigma atau pandangan miring kepada kaum penyandang disabilitas, tidak ada lagi memandang sebelah mata kamu disabilitas, tidak ada lagi mendiskriminasi kaum disabilitas.

Kaum disabilitas bisa bersaing denga mereka yang normal, mereka layak mendapatkan pekerjaan dan diperlakukan sama dengan masyarakat normal.

“Karena mereka sama dengan kita. Mereka punya hak yang sama dengan kita,” tutup Fernaldo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com