Mereka mencurahkan segala daya dan upaya, misalnya, demi mengikuti perhelatan manasik (semacam bimbingan dan pembekalan) bagi calon jemaah haji yang diadakan secara bertahap di kota.
Baca juga: Kisah Nenek 107 Tahun Naik Haji, Shalat Tahajud Jadi Rahasia Panjang Umur
"Untuk mengikuti manasik, harus ngarit bebersih kebun dulu supaya dapat ongkos. Suami yang lebih banyak bekerja keras, mengumpulkan ongkos supaya bisa ikut manasik," kata Hani, berlinang air mata.
"Nanti dia menumpang truk yang lewat atau menumpang tetangganya," lanjutnya.
Saefudin pun tak punya banyak harta benda. Dia juga mesti menghidupi seorang putra yang juga bekerja serabutan. Demi menambah pundi-pundi tabungan guna menutup biaya pelunasan, akhirnya Saefudin pilih menjual salah satu hartanya yang cukup berharga: kebun.
"Ada kebun luasnya ya enggak seberapa jadi dijual saja. Enggak mahal, Rp 4 jutaan," kata Saefudin.
Dalam beberapa hari ke depan, Tanah Suci bakal menjadi pemandangan sehari-hari Saefudin dan Hani.
"Saya naik haji mau berdoa, ya Allah Gusti, muga-muga kehidupan saya jangan terlalu susah amat. Kalau bisa Allah kasih rezeki biar kami hidup dengan layak," tutup Hani yang tak kunjung sanggup membendung harunya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.