Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anies Menjawab Kritikan Pembongkaran Instalasi Getih Getah...

Kompas.com - 22/07/2019, 09:17 WIB
Ryana Aryadita Umasugi,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Instalasi bambu Getih Getah di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat, sempat kembali menjadi perbincangan publik lantaran dibongkar.

Banyak masyarakat hingga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta menyayangkan karya seni ini dibongkar karena dibuat dengan biaya yang fantastis yakni Rp 550 juta.

Namun Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memiliki penilaian berbeda terhadap pembongkaran ini.

Mempunyai masa hidup

Anies menyebut bahwa instalasi bambu itu memang sudah waktunya dibongkar. Hal ini lantaran bahan dasar instalasi itu adalah bambu yang mempunyai masa hidup.

"Kita menggunakan material lokal bambu. Pada waktu itu malah saya katakan diperkirakan usianya enam bulan. Proyeksinya waktu itu usianya enam bulan dan Alhamdulillah dengan sekarang bisa sampai 11 bulan," ucap Anies di Balairung, Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (19/7/2019)

Ia menegaskan bahwa karya seni itu adalah bagian dari sambutan untuk Asian Games 2018 lalu.

Baca juga: Anies: Usia Getih Getah Hanya 6 Bulan, Bertahan Sampai Juli Itu Bonus

Maka saat ini sudah sewajarnya untuk dibongkar seperti barang-barang Asian Games lainnya.

"Semua yang kita pasang kemarin dalam rangka menyambut Asian Games sudah dicopot beberapa bulan sesudah Asian Games. Bertahan sampai bulan Juli adalah bonus. Yang lain-lain sudah dicopot semua," kata dia.

Anggaran untuk petani bambu

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini mengatakan bahwa anggaran yang dikeluarkan untuk membeli Getih Getah adalah untuk membantu para petani bambu. Hal ini sekaligus untuk menjawab kritikan orang tentang anggaran fantastis instalasi bambu ini.

"Anggaran itu ke mana perginya? Perginya ke petani bambu. Uang itu diterima oleh rakyat kecil. Kalau saya memilih besi, maka itu impor dari Tiongkok mungkin besinya. Uangnya justru tidak ke rakyat kecil. Tapi kalau ini, justru Rp 550 juta itu diterima siapa? Petani bambu, pengrajin bambu," kata dia.

Baca juga: Anies: Rp 550 Juta untuk Instalasi Getih Getah Perginya ke Petani Bambu...

Ia lalu membandingkannya dengan bahan baku lain. Jika instalasi seni ini menggunakan bahan dasar lain, bisa saja Pemprov DKI harus mengimpor dari luar negeri.

"Coba dihitung ongkos yang lainnya barangkali akan ketemu angka yang besar, malah kalau yang lain menggunakan besi belum tentu produksi dalam negeri. Tapi kalau bambu hampir saya pastikan tidak ada bambu impor. Bambunya produksi Jawa Barat dikerjakannya oleh petani oleh pengrajin lokal," jelasnya.

Lebih sering mengundang seniman

Meski mendapat kritikan, Anies tak berhenti untuk membangun instalasi seni di Jakarta.

Ia mengatakan akan lebih sering mengundang para seniman untuk membuat dan menunjukan karya seni seperti Getih Getah.

Karya seni yang ditunjukan harus menggunakan bahan-bahan lokal dan bernuansa Indonesia.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com